KONFORMITAS DAN PENYIMPANGAN SOSIAL
DALAM MASYARAKAT
Disusun Oleh :
Nama : Mukramati
Unit/Semester : 0I/1V
Mata
Kuliah : Sosio
antropologi
Prodi Bimbingan dan Konseling Islam
Fakultas Ushuluddin
Adab dan Dakwah
Institut Agama Islam Negeri Lhokseumawe
2019/2020
KATA
PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji syukur kami ucapkan atas kehadiran Allah Yang
Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga
penyusunan makalah yang berjudul “ konformitas
dan penyimpangan sosial dalam masyarakat“ di selesaikan. Makalah ini merupakan wujud dari gagasan perlunya
referensi untuk mata kuliah sosio antropologi. Kemudian makalah ini
diintergrasikan dengan pemikiran-pemikiran dari ahli lain dan konsep-konsep
yang baru berkembang.
Makalah ini mendapat banyak tambahan materi yang
disesuaikan dengan sistematika pemikiran dari sisi prosedur. Dalam menyelesaikan makalah ini, kami banyak menerima bantuan dari berbagai
pihak sehingga dalam waktu yang relatif singkat makalah yang sederhana ini
dapat terwujud. Oleh karena itu, kami menyampaikan penghargaan dan terima kasih
kepada semua pihak yang membantu, terutama dosen pembimbing. Semoga Allah S.W.T
berkenan mencatat amal shalehnya.
Kami sadar bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
kami mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Dengan iringan doa semoga
makalah ini bisa bermanfaat dalam pengembangan pendidikan dan wacana berpikir
kita .
Lhokseumawe,
12 Mei 2019
Penulis
Makalah ini
selain untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah sosio antropologi adalah
untuk memperluas pengetahuan mahasiswa mengenai konformitas
dan penyimpangan sosial dalam masyarakat. Perilaku individu dan sekelompok
individu yang tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku secara umum
dalam masyarakat sering
terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Teori ini dikemukakan oleh Edwin M.
Lemert, menurutnya seseorang berperilaku menyimpang karena proses labeling yang
diberikan masyarakat kepadanya. Labeling adalah pemberian julukan, cap, atau
etiket kepada seseorang. Pada awalnya seseorang melakukan “penyimpangan primer”
karena itu sang pelaku menyimpang mendapatkan cap (labeling) dari masyarakat.
Karena adanya lebel tersebut, maka sang pelaku mengidentifikasikan dirinya
sebagai penyimpang dan mengulangi lagi penyimpangan itupun menjadi suatu
kebiasaan atau gaya hidtup bagi pelakunya Sebagai manusia yang cenderung
bersifat konformis, maka dia berusaha menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya,
baik tingkah laku maupun pendapat. Dalam kelompok orang cenderung membentuk
suatu norma sosial, yang merupakan suatu sikap penyesuaian diri seseorang dalam
masyarakat atau kelompok, karena dia terdorong untuk mengikuti kaidah-kaidah
dan nilai-nilai yang sudah ada..
1.
Apa pengertian konformitas dan penyimpangan sosial ?
2.
Apa saja manfaat
dan tujuan dari konformitas ?
3.
Apa saja bentuk-bentuk konformitas dan penyimpangan sosial ?
4.
Apa
saja penyebab terjadinya
konformitas dan peyimpangan sosial ?
5.
Bagaimana pencegahan terhadap penyimpangan sosial ?
1.
Untuk mengetahui pengertian
konformitas dan penyimpangan sosial.
2.
Untuk mengetahui manfaat
dan tujuan dari konformitas.
3.
Untuk mengetahui bentuk-bentuk konformitas dan penyimpangan sosial.
4.
Untuk mengetahui penyebab terjadi konformitas dan
peyimpangan sosial.
5.
Untuk mengetahui pencegahan terhadap penyimpangan
sosial.
Mahasiswa dapat mengembangkan proses penyusunan dan
penulisan makalah yang baik dan
benar, serta membuka pengetahuan mahasiswa dalam mencari materi konformitas dan penyimpangan
sosial serta masih banyak manfaat
lainnnya.
Pengertian konformitas menurut para ahli, yaitu:
a.
Brehm dan
Kassin
Konformitas adalah kecenderungan untuk mengubah persepsi, pendapat, perilaku
seseorang sehingga konsisten dalam perilaku atau norma kelompok.
b.
Soerjono Soekanto
Konformitas berarti penyesuaian diri dengan masyarakat
dengan cara mengindahkan norma dan nilai masyarakat.
c.
Umi Kulsum &
Mohammad Jauhar
Konformitas adalah suatu jenis pengaruh
sosial di mana individu mengubah sikap dan tingkah laku mereka agar sesuai
dengan norma sosial yang ada dan yang berlaku dalam sebuah komunitas tempat
individu hidup bersosial.[1]
a. Bruce J. Cohen
Perilaku
menyimpang adalah setiap perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri dengan
kehendak-kehendak masyarakat tertentu.
b. Gillin
Perilaku
menyimpang adalah perilaku yang menyimpang dari norma dan nilai sosial keluarga
dan masyarakat yang menjadi penyebab memudarnya ikatan atau solidaritas
kelompok.
c. Lewis Coser
Mengemukakan
bahwa perilaku menyimpang merupakan salah satu cara untuk menyesuaikan
kebudayaan dengan perubahan sosial.
d. James Vander Zenden
Penyimpangan
sosial adalah perilaku yang dilakukan oleh
sejumlah besar orang dianggap sebagai hal yang tercela dan di luar batas
toleransi.
Tujuan dari konformitas
adalah :
1. Untuk
mengubah persepsi, pendapat, perilaku seseorang sehingga konsisten
dalam perilaku atau norma kelompok.
2.
Agar seseorang
berperilaku terhadap orang lain sesuai dengan harapan kelompoknya.
3.
Untuk mendapat
hadiah atau menghindari hukuman.
4.
Seseorang akan merasa lebih diterima
oleh kelompok jika bertingkah laku dan bersikap sesuai dengan lingkungan
sekitar.
Manfaat
dari konformitas yaitu :
1. Sesuatu yang diharapkan dan diinginkan akan didapat dengan adanya
konformitas.
2. Seseorang dapat berperilaku sesuai dengan yang diharapkan kelompoknya.
3. dapat
terubahnya persepsi, pendapat, perilaku seseorang sehingga konsisten dengan norma kelompok.
Bentuk-bentuk konformitas
yaitu :[3]
1.
Konformitas membabi Buta
Jika
konformitas itu diwarnai sikap masa bodoh dalam arti
meniru atau mengikuti apa yang menjadi kemauan orang lain tanpa pemahaman
ataupun penghayatan, tanpa pertimbangan, pemikiran atau perasaan.
2.
Konformitas
identifikasi
Jika konformitas diwarnai dengan kharisma dari orang yang mempengaruhi sehingga seseorang yang
dipengaruhi percaya, mengakui, menerima tanpa rasa takut akan sanksi atas sikap
non-konformitasnya, dan juga tanpa harapan akan imbalan atas sikap konformitasnya.
3.
Konformitas
internalisasi
Jika konformitas diwarnai sikap
kebebasan untuk menentukan konformitas atau non-konformitas dengan
didasarkan pertimbangan rasio, perasaan pengalaman, hati nurani, dan semangat untuk menentukan pilihan-pilihan dalam bersikap dan
bertingkah laku.
1. Berdasarkan
sifat
Bentuk penyimpangan berdasarkan
sifatnya dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Penyimpangan
bersifat positif
Penyimpangan bersifat positif adalah
penyimpangan yang mempunyai dampak positif terhadap sistem sosial karena
mengandung unsur-unsur inovatif, kreatif, dan memperkaya wawasan seseorang. Penyimpangan seperti ini
biasanya diterima masyarakat karena sesuai perkembangan zaman. Misalnya
emansipasi wanita dalam kehidupan masyarakat yang memunculkan wanita karier.
b. Penyimpangan
bersifat negatif
Penyimpangan bersifat negatif adalah
penyimpangan yang bertindak ke arah nilai-nilai sosial yang dianggap rendah dan
selalu mengakibatkan hal yang buruk seperti pencurian, perampokan, pelacuran,
dan pemerkosaan.
c. Penyimpangan
campuran
(combined
deviation)
Penyimpangan ini dilakukan oleh suatu golongan sosial
yang memiliki organisasi yang rapi, sehingga individu ataupun kelompok
didalamnya taat dan tunduk kepada norma golongan dan mengabaikan norma
masyarakat yang berlaku.
Penyebab terjadinya konformitas yaitu :[5]
1.
Kurangnya
Informasi
Orang lain merupakan sumber
informasi yang penting. Seringkali mereka mengetahui sesuatu yang
tidak kita ketahui, dengan
melakukan apa yang
mereka lakukan, kita akan memperoleh manfaat dari pengetahuan mereka.
2.
Kepercayaan terhadap kelompok
Dalam situasi konformitas, individu mempunyai suatu pandangan dan kemudian menyadari bahwa
kelompoknya menganut pandangan yang bertentangan. Individu ingin
memberikan informasi yang tepat. Oleh karena itu, semakin besar kepercayaan
individu terhadap kelompok sebagai sumber informasi yang benar, semakin besar
pula kemungkinan untuk menyesuaikan diri terhadap kelompok.
3.
Kepercayaan
diri yang lemah
Salah satu faktor yang sangat
mempengaruhi rasa percaya diri dan tingkat konformitas adalah tingkat
keyakinan orang tersebut pada kemampuannya sendiri untuk
menampilkan suatu reaksi. Semakin lemah kepercayaan seseorang akan penilaiannya
sendiri, semakin tinggi tingkat konformitasnya. Sebaliknya, jika dia merasa
yakin akan kemampuannya sendiri akan penilaian terhadap sesuatu hal, semakin
turun tingkat konformitasnya.
4. Rasa takut
terhadap celaan sosial
Celaan sosial memberikan efek yang signifikan terhadap
sikap individu karena pada dasarnya setiap manusia cenderung mengusahakan
persetujuan dan menghindari celaan kelompok dalam setiap tindakannya. Tetapi,
sejumlah faktor akan menentukan bagaimana pengaruh persetujuan dan celaan
terhadap tingkat konformitas individu.
5. Kekompakan
kelompok
Konformitas juga dipengaruhi oleh eratnya hubungan
antara individu dengan kelompoknya.
Kekompakan yang tinggi menimbulkan konformitas yang semakin tinggi.
6. Kesepakatan kelompok
Orang yang
dihadapkan pada keputusan kelompok yang sudah bulat akan mendapat tekanan
yang kuat untuk menyesuaikan pendapatnya. Namun, bila kelompok tidak
bersatu akan tampak adanya penurunan tingkat konformitas.
7. Ukuran kelompok
Konformitas akan meningkat bila
ukuran mayoritas yang sependapat juga meningkat, setidak-tidaknya sampai
tingkat tertentu. Namun, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wilder
(1977) disimpulkan bahwa pengaruh ukuran kelompok terhadap tingkat
konformitas tidak terlalu besar, melainkan jumlah pendapat lepas (independent
opinion) dari kelompok yang berbeda
atau dari individu merupakan pengaruh utama.
8. Keterikatan
pada penilaian bebas
Orang yang secara terbuka dan bersungguh-sungguh
terikat suatu penilaian bebas akan lebih enggan menyesuaikan diri terhadap penilaian kelompok yang berlainan dengan kata lain keterikatan sebagai kekuatan total yang membuat seseorang
mengalami kesulitan untuk melepaskan suatu pendapat.
9.
Keterikatan terhadap Non-Konformitas
Orang yang tidak menyesuaikan
diri pada percobaan-percobaan awal cenderung terikat pada perilaku konformitas
ini. Orang yang sejak awal menyesuaikan diri akan tetap terikat pada perilaku itu.
Penyebab terjadinya penyimpangan sosial :
1.
Faktor dari dalam adalah intelegensi atau tingkat
kecerdasan, usia, jenis kelamin dan kedudukan seseorang dalam keluarga.
Misalnya: seseorang yang tidak normal dan pertambahan usia.
- Faktor dari luar adalah
kehidupan rumah tangga atau keluarga, pendidikan di sekolah, pergaulan dan
media massa. Misalnya: seorang anak yang sering melihat orang tuanya
bertengkar dapat melarikan diri pada obat-obatan atau narkoba. Pergaulan
individu yang berhubungan teman-temannya, media massa, media cetak dan media elektronik.
1.
Keluarga
Keluarga
merupakan awal proses sosialisasi dan pembentukan kepribadian seorang anak.
Kepribadian seorang anak akan terbentuk dengan baik apabila ia lahir dan tumbuh
berkembang dalam lingkungan keluarga yang baik begitupun sebaliknya.
2.
Lingkungan tempat tinggal dan teman sepermainan
Lingkungan
tempat tinggal juga dapat mempengaruhi kepribadian seseorang untuk melakukan
penyimpangan sosial. Seseorang yang tinggal dalam lingkungan tempat tinggal
yang baik, warganya taat dalam melakukan ibadah agama dan melakukan
perbuatan-perbuatan yang baik maka keadaan ini akan memengaruhi kepribadian
seseorang menjadi baik sehingga terhindar dari penyimpangan sosial dan begitu
juga sebaliknya.
3.
Media massa
Media
massa baik cetak maupun elektronik merupakan suatu wadah sosialisasi yang dapat
mempengaruhi seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Langkah pencegahan agar
tidak terpengaruh akibat media massa adalah apabila kamu ingin menonton acara di
televisi dengan memilih acara yang bernilai positif dan menghindari tayangan
yang dapat membawa pengaruh tidak baik.[6]
Konformitas adalah kecenderungan
untuk mengubah persepsi,
pendapat, perilaku seseorang sehingga konsisten dalam perilaku atau norma kelompok. Sedangkan penyimpangan sosial adalah setiap perilaku yang tidak
berhasil menyesuaikan diri dengan kehendak-kehendak masyarakat atau kelompok
tertentu dalam masyarakat.
Tujuan dari konformitas
yaitu untuk mengubah persepsi, pendapat,
perilaku seseorang sehingga konsisten dalam perilaku atau norma kelompok sehingga sangat bermanfaat kepada
sesuatu yang
diharapkan dan diinginkan akan didapat dengan adanya konformitas.
Bentuk-bentuk konformitas
yaitu, konformitas membabi buta, konformitas identifikasi dan konformitas
internalisasi. Bentuk-bentuk
penyimpangan sosial dapat
dibedakan menjadi 2 yaitu, berdasarkan sifat dan berdasarkan
pelakunya. Penyebab
terjadinya konformitas diantara lain seperti kurangnya
Informasi, kepercayaan terhadap kelompok, kepercayaan
diri yang lemah, rasa takut terhadap celaan sosial, kekompakan kelompok, kesepakatan kelompok, ukuran kelompok, kelompok
yang berbeda atau dari individu
merupakan pengaruh utama, keterikatan pada penilaian bebas pendapat, keterikatan
terhadap Non-Konformitas. Penyebab
terjadinya penyimpangan sosial ada dari faktor luar
dan faktor dalam. Penyimpangan Sosial dapat dicegah melalui keluarga, lingkungan tempat tinggal, teman sepermainan dan media massa.
Kami
menyadari bahwa pada makalah ini banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu kami
mengharapkan kritikan dan saran yang membangun dari pembaca agar kedepannya
kami dapat membuat makalah yang lebih baik dari
sekarang
DAFTAR PUSTAKA
Sutoyo,
Anwar. 2009. Bimbingan dan Konseling Islami, Teori dan Praktik.
Semarang: Widya Pratama.
Narwoko,
J. D. dan Suyanto, B. (2004). Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta:
Prenada Media.
David
G. Myers, Psikologi Sosial, Jakarta: Salemba Humanika.
Kartini kartono, patologi sosial-jilid, Jakarta, PT Raja
Grafindo. 2015
Umi Kasum dkk, Pengantar
Psikologi Sosial, (Jakarta : Pustakaraya 2014)
Jurnal Al-Taujih Bingkai
Bimbingan dan Konseling Islami IAIN Imam Bonjol Padang
[4] Narwoko, J. D. dan
Suyanto, B. Sosiologi Teks Pengantar dan
Terapan.( Jakarta: Prenada Media, 2004) h.
38
[6] Sutoyo, Anwar. Bimbingan dan
Konseling Islami, Teori dan Praktik. Semarang: Widya Pratama,2009. H. 53
terimakasih
BalasHapussangat membantu
mantap
BalasHapus