Komponen Program Bimbingan dan Konseling


PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING



Institut Agama Islam Negeri Lhokseumawe Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah
 Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam
2019/2020

KATA PENGANTAR


Assalamualaikum Wr.Wb
          Puji syukur kami ucapkan atas kehadiran Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan makalah yang berjudul program bimbingan dan konselingdi selesaikan. Makalah ini merupakan wujud dari gagasan perlunya referensi untuk mata kuliah manajemen konseling. Kemudian makalah ini diintegrasikan dengan pemikiran-pemikiran dari ahli lain dan konsep-konsep yang baru berkembang.
          Makalah ini mendapat banyak tambahan materi yang disesuaikan dengan sistematika pemikiran dari sisi prosedur. Dalam menyelesaikan makalah ini, kami banyak menerima bantuan dari berbagai pihak sehingga dalam waktu yang relatif singkat makalah yang sederhana ini dapat terwujud. Oleh karena itu, kami menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada semua pihak yang membantu, terutama dosen pembimbing. Semoga Allah S.W.T berkenan mencatat amal shalehnya.
          Kami sadar bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami  mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Dengan iringan doa semoga makalah ini bisa bermanfaat dalam pengembangan pendidikan dan wacana berpikir kita .



                                                                        Lhokseumawe, 12 Oktober 2019
                                                                                               
                          

                                                                                       Penulis



DAFTAR ISI






BAB 1

PENDAHULUAN

Makalah ini selain untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah  manajemen konseling adalah untuk memperluas pengetahuan mahasiswa mengenai program bimbingan dan konseling. Program Bimbingan dan Konseling merupakan rencana keseluruhan kegiatan bimbingan dan konseling yang akan dilaksanakan dan menjadi bagian terpadu.  Sebagai bagian yang terpadu dari program bimbingan dan konseling diarahkan pada upaya yang memfasilitasi konseli untuk mengenal dan menerima dirinya sendiri secara optimal serta lingkungannya secara positif dan dinamis, mampu mengambil keputusan yang bertanggung jawab, mengembangkan serta mewujudkan diri secara efektif dan produktif sesuai dengan peranan yang diinginkan di masa depan. Agar pelayanan program bimbingan dan konseling dapat terlaksana secara efektif dan efisien serta tujuanya maka harus disusun programnya secara terencana dan sistematis Disini kami selaku penulis makalah akan mencoba untuk menjelaskan materi ini. Dalam penulisan kali ini kami akan membahas tentang komponen program Bimbingan dan Konseling serta tahap-tahap penyusunan program Bimbingan dan Konseling.
1.    Apa  saja komponen program Bimbingan dan Konseling?
2.      Bagaimana tahap-tahap penyusunan program Bimbingan dan Konseling?
1.      Untuk mengetahui komponen program Bimbingan dan Konseling
2.      Untuk mengetahui tahap-tahap penyusunan program Bimbingan dan Konseling.
Mahasiswa dapat mengembangkan proses penyusunan dan penulisan makalah yang baik dan benar, serta membuka pengetahuan mahasiswa dalam mencari materi program Bimbingan dan Konseling serta masih banyak manfaat lainnya

BAB II

PEMBAHASAN

Bimbingan dan konseling mengandung 4 komponen pelayanan :
1. Pelayanan dasar
a. Pengertian
Pelayanan dasar diartikan sebagai proses pemberian bantuan kepada seluruh konseli melalui kegiatan penyiapan pengalaman terstruktur secara klasikal atau kelompok yang disajikan secara sistematis dalam rangka mengembangkan perilaku jangka panjang sesuai dengan tahap dan tugas–tugas perkembangan (yang dituangkan sebagai standar kompotensi kemandirian) yang diperlukan dalam pengembangan kemampuan memilih dan mengambil keputusan dalam menjalani kehidupannya.
b. Tujuan
Pelayanan ini bertujuan untuk membantu semua konseli agar memperoleh perkembangan yang normal, memiliki mental yang sehat, dan memperoleh keterampilan dasar hidupnya, atau dengan kata lain membantu konseli agar mereka dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya.
c. Fokus pengembangan
Untuk mencapai tujuan tersebut, fokus perilaku yang dikembangkan  menyangkut aspek-aspek pribadi, sosial, belajar dan karir.
2. Pelayanan responsif
a. Pengertian
Pelayanan responsif merupakan pemberian bantuan kepada konseli yang menghadapi kebutuhan dan masalah yang memerlukan pertolongan dengan segera, sebab jika tidak segera dibantu dapat menimbulkan gangguan dalam proses pencapaian tugas-tugas perkembangan.


b. Tujuan
Tujuan pelayanan responsif adalah membantu konseli agar mampu memenuhi kebutuhannya dan memecahkan masalah yang dialaminya atau membantu konseli yang mengalami hambatan, kegagalan dalam mencapai tugas-tugas perkembangan. Indikator dari kegagalan itu berupa ketidakmampuan untuk menyesuaikan diri atau perilaku bermasalah.[1]
c. Fokus pengembangan
Fokus pelayanan responsif bergantung kepada masalah atau kebutuhan konseli. Masalah atau kebutuhan konseli berkaitan dengan keinginana untuk memahami sesuatu hal karena dipandang penting bagi perkembangan dirinya secara positif.
3. Perencanaan individual
a. Pengertian
Perencanaan individual diartikan sebagai bantuan kepada konseli agar mampu merumuskan dan melakukan aktivitas yang berkaitan dengan perencanaan masa depan berdasarkan pemahaman akan kelebihan dan kekurangan dirinya, serta pemahaman akan peluang kesempatan yang tersedia di lingkungannya.
b. Tujuan
            Tujuan perencanaan individual adalah dapat melakukan kegiatan berdasarkan pemahaman, tujuan dan rencana yang telah dirumuskannya.
c. Fokus pengembangan
Fokus pelayanan perencanaan individual berkaitan erat dengan pengembangan aspek akademik, karir, dan sosial-pribadi.
4. Dukungan sistem
Dukungan sistem adalah kegiatan-kegiatan manajemen yang bertujuan untuk memantapkan, memelihara serta meningkatkan program bimbingan.[2]
Program ini memberikan dukungan kepada konselor dalam memperlancar penyelenggaraan pelayaan di atas.  Dukungan sistem ini meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
a.  Pengembangan jejaring (networking)
b. Kegiatan manajemen
Kegiatan manajemen merupakan berbagai upaya untuk memantapkan, memelihara dan meningkatkan mutu program bimbingan dan konseling melalui kegiatan-kegiatan yang meliputi:
1) Pengembangan program
2) Pengembangan staf
3) Pemanfaatan sumber daya
4) Pengembangan penataan kebijakan
c.  Riset dan pengembangan
Kegiatan riset dan pengembangan merupakan aktifitas konselor yang berhubungan dengan pengembangan professional secara berkelanjutan, meliputi:
1) Merancang, melaksanakan dan memanfaatkan penelitian dalam bimbingan dan konseling untuk meningkatkan kualitas layanan bimbingan dan konseling, sebagai sumber data bagi kepentingan kebijakan sekolah dan implementasi proses pembelajaran, serta pengembangan program bagi peningkatan unjuk kerja professional konselor,
2) Merancang, melaksanakan dan mengevaluasi aktivitas pengembangan diri konselor professional sesuai dengan standar kompetensi konselor,
3) Mengembangkan kesadaran komitmen terhadap etika professional,
4) Berperan aktif di dalam organisasi dan kegiatan profesi bimbingan dan konseling.[3]


Menurut Fenti Hikmawati dalam buku Bimbingan dan Konseling terdapat beberapa tahapan dalam penyusunan program BK diantaranya adalah sebagai berikut:
1.   Tahap Studi Kelayakan
            Lembaga Bimbingan dan Konseling (LBK) dalam institusi pendidikan, mengetengahkan studi kelayakan sebagai fase yang penting untuk dilaksanakan. Studi kelayakan ini mengacu pada semua refleksi tentang semua alasan mengapa diperlukan suatu program dan kebutuhan konseli apa yang dapat dipenuhi melalui program itu, sekaligus ditentukan garis-garis kebijakan umum yang diambil di institusi pendidikan.
            Beberapa hal yang perlu dianalisis dalam studi kelayakan, seperti karakteristik diri konseli, kebudayaan setempat serta kestrategisan lokasi. Hal ini hendaknya diperkuat dengan setting riset yang valid. Adapun hal-hal sebagai pijakan untuk mempraktikan layanan BK, pada intinya adalah: (a) Melakukan penelaahan kebutuhan untuk mengukur dan menafsirkan keinginan, sikap, kepercayaan, serta tingkah laku objek BK; (b) Menentukan kebutuhan pokok objek BK yang akan dilayani; (c) memilih prioritas layanan dan subjek sasaran tertentu untuk memenuhi kebutuhan objek BK.
  Studi kelayakan ini menjadi satu mata rantai dengan beberapa suborganisasi dan administrasi. Oleh karena itu, masalah studi kelayakan harus dikaji secara serius dan diletakkan pada awal sebelum mendirikan lembaga BK.
     2.   Tahap Penyusunan Tujuan Program Bimbingan dan Konseling
Tujuan program BK tidak lain adalah agar kegiatan bimbingan dan konseling dapat terlaksana dengan lancar, efektif dan efisien, serta hasil-hasilnya dapat dinilai. Tersusun dan terlaksananya program BK dengan baik selain akan lebih menjamin pencapaian tujuan kegiatan bimbingan dan konseling pada khususnya, tujuan sekolah pada umumnya, juga akan lebih menegakkan akuntabilitas bimbingan dan konseling sekolah.
3.     Tahap Menentukan Lingkup Program
Pada program umum lingkup ini mencakup seluruh bidang layanan bimbingan dan konseling yang dapat diberikan, sedangkan pada program khusus hanya mencakup bidang-bidang tertentu. Lingkup program umum bimbingan dan konseling diantaranya yaitu, bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar dan bimbingan karier 
  4.      Konsultasi Usulan Program BK
Agar layanan bimbingan dan konseling diterima berbagai pihak, ada baiknya program bimbingan dan konseling yang telah tertuang dalam perencanaan atau blue print perlu dikonsultasikan oleh berbagai pihak baik ahli konselor atau pejabat-pejabat dalam masyarakat. Hal ini dapat menimbulkan otokritik yang konstruktif untuk mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang keliru.
 5.      Penyediaan Fasilitas (Sarana)
Tempat atau fasilitas bimbingan dan konseling selama ini menjadi suatu hal yang eksklusif di beberapa institusi terutama pada institusi pendidikan. Kata eksklusif ini sebenarnya mewakili dua hal. Pertama, disebut eksklusif karena tempatnya merasa istimewa karena dikaitkan dengan kondisi kegiatan bimbingan dan konseling. Kedua, eksklusif karena cenderung diartikan sebagai tempat bagi orang yang berkonotasi negatif atau bermasalah. Oleh karena itu, penyediaan fasilitas bimbingan dan konseling selain merupakan kewajiban juga harus diimbangi dengan pencitraan fasilitas itu sendiri sebagai tempat yang “baik”. Selain itu, harus diperhatikan juga tentang fasilitas yang professional, meliputi tata letak lokasi, simbol, dekorasi ruangan, aksesoris, dan sebagainya.
  6.      Penyediaan Anggaran Biaya
Penganggaran biaya merupakan hal yang cukup sensitif dan cukup rumit untuk diterapkan dan terkadang sulit dirasionalisasikan. Sebenarnya penyediaan anggaran bersifat vital karena berhubungan dengan optimalisasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling. Karenanya, harus ada beberapa pendekatan dalam menerapkan anggaran biaya.
  7.      Implementasi Program Bimbingan dan Konseling
            Implementasi program bimbingan dan konseling, para konselor dan guru pembimbing memegang peranan yang sangat penting, mereka merupakan ujung tombak pelaksana program. Konselor selain dituntut memiliki pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan tugasnya, juga dituntut untuk memiliki semangat kerja yang tinggi, rasa cinta terhadap tugasnya, kesungguhan, ketekunan dan kesediaan memberikan layanan demi kepentingan konseli.
Pemberian layanan bimbingan dan konseling membutuhkan kerjasama, kekompakan, saling pengertian, saling membantu, dan saling menunjang di antara para pelaksananya. Meskipun sesuatu layanan mungkin menjadi tugas dan rencana dari konselor tetapi dalam pelaksanaannya sering kali menuntut partisipasi dan bantuan dari para pelaksana lainnya.
Hubungan dan kerja sama antar konselor juga dipengaruhi oleh kepedulian dan kepemimpinan kepala lembaga. Pelaksanaan bimbingan dan konseling juga dipengaruhi oleh peranan ketua tim bimbingan dan konseling dalam mengkoordinasi, mengadakan sinkronisasi, mendorong dan menggerakkan berbagai jenis kegiatan layanan bimbingan yang sudah direncanakan. Keberhasilan implementasi program bimbingan dan konseling selain tergantung pada kinerja para pengelola dan pelaksanaannya yaitu kepala sekolah, ketua tim BK dan para konselor, juga membutuhkan dukungan sarana-prasarana, instrumen dan bahan yang memadai. Komunikasi dan kerja sama antara tim BK dengan jurusan-jurusan di Lembaga dapat membantu memudahkan mendapatkan instrumen dan bahan yang diperlukan dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling.[4]

BAB III

PENUTUP

Mengenai dengan program bimbingan dan konseling ada 2 hal yang terkait
yaitu : Komponen Program Bimbingan dan Konseling, yang meliputi 4 komponen yaitu, pelayanan dasar, Pelayanan dasar diartikan sebagai proses pemberian bantuan kepada seluruh konseli melalui kegiatan penyiapan pengalaman terstruktur. Pelayanan responsive, Pelayanan responsif merupakan pemberian bantuan kepada konseli yang menghadapi kebutuhan dan masalah yang memerlukan pertolongan dengan segera, sebab jika tidak segera dibantu dapat menimbulkan gangguan dalam proses pencapaian tugas-tugas perkembangan. Perencanaan individual, Perencanaan individual diartikan sebagai bantuan kepada konseli agar mampu merumuskan dan melakukan aktivitas yang berkaitan dengan perencanaan masa depan berdasarkan pemahaman akan kelebihan dan kekurangan dirinya, serta pemahaman akan peluang kesempatan yang tersedia di lingkungannya. Dukungan system, dukungan sistem adalah kegiatan-kegiatan manajemen yang bertujuan untuk memantapkan, memelihara, serta meningkatkan program bimbingan.
                  Hal yang kedua yaitu, tahap-tahap penyusunan program bimbingan dan konseling, meliputi 7 tahap yaitu, tahap studi kelayakan, tahap penyusunan tujuan program bimbingan dan konseling, tahap menentukan lingkup program, konsultasi usulan program bk, penyediaan fasilitas (sarana), penyediaan anggaran biaya dan implementasi program bimbingan dan konseling.
            Kami menyadari bahwa pada makalah ini banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan kritikan dan saran yang membangun dari pembaca agar kedepannya kami dapat membuat makalah yang lebih baik dari sekarang.

DAFTAR PUSTAKA

ABKIN. Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan
dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta: Depdiknas, 2007.
Juntika Nurihsan, Achmad. Bimbingan & Konseling dalam Berbagai Latar
Kehidupan. Cet. IV; Bandung: PT Refika Aditama, 2011.
Yusuf, Syamsu & A. Juntika Nurihsan. Landasan Bimbingan danKonseling. Cet.
IV; Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009.
Fenti Hikmawati, “Bimbingan dan Konseling; Edisi Revisi”, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014













[1] Syamsu Yusuf, L.N. dan A. Juntika Nurihsan. Landasan Bimbingan dan Konseling, (Cet. IV; Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 28
[2] Achmad Juntika Nurihsan. Bimbingan & Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan , (Cet. IV; Bandung: PT Refika Aditama, 2011), h.47
[3] ABKIN. Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal, (Jakarta: Depdiknas, 2007), h. 214
[4] Fenti Hikmawati, “Bimbingan dan Konseling; Edisi Revisi”, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014),  h. 3-8

0 Response to " Komponen Program Bimbingan dan Konseling"

Posting Komentar