KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah
dengan rasa syukur kehadirat Allah SWT yang dengan rahmat dan inayah-Nya kami dapat
menyelasaikan penyusunan makalah yang berjudul “Landasan Bimbingan dan
Konseling”. Makalah
ini di susun dengan maksud untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Dasar-Dasar
Bimbingan Konseling. Dalam
Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada teknik
penulisan maupun materi. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik & saran
yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata semoga
makalah ini bisa bermanfaat bagi kita maupun masyarakat.
Lhokseumawe, 14 februari 2017
Penyusun
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR
..................................................................................... ii
DAFTAR
ISI ..................................................................................................... iii
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
............................................................... 1
B.
Rumusan Masalah
......................................................................... 1
C.
Tujuan Penulisan
........................................................................... 1
D.
Sistematika Penulisan
.................................................................. 2
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Landasan
Filosofis......................................................................... 3
B.
Landasan Historis
......................................................................... 5
C.
Lamdasan Religius
....................................................................... 6
D.
Landasan Psikologis
..................................................................... 7
E.
Landasan Sosial Budaya ............................................................... 8
F..
Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi ................................. 9
G.
Landasan Pedagogis
..................................................................... 11
BAB
III PENUTUP
A.
Kesimpulan ................................................................................... 13
B.
Daftar Pustaka
.............................................................................. 14
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Landasan
dalam bimbingan dan konseling pada hakikatnya merupakan faktor-faktor yang
harus diperhatikan dan dipertimbangkan khususnya oleh konselor selaku pelaksana
utama dalam mengembangkan layanan bimbingan dan konseling. Ibarat sebuah
bangunan, untuk dapat berdiri tegak dan kokoh tentu membutuhkan fundasi yang
kuat dan tahan lama. Apabila bangunan tersebut tidak memiliki fundasi yang
kokoh, maka bangunan itu akan mudah goyah atau bahkan ambruk. Demikian pula,
dengan layanan bimbingan dan konseling, apabila tidak didasari oleh fundasi
atau landasan yang kokoh akan mengakibatkan kehancuran terhadap layanan
bimbingan dan konseling itu sendiri dan yang menjadi taruhannya adalah individu
yang dilayaninya.
B. Perumusan Masalah
1. Apa saja landasan yang digunakan dalam
bimbingan dan konseling?
2. Bagaimanakah implikasi landasan-landasan
tersebut dalam bimbingan dan konseling?
C.Tujuan Penulisan
Tujuan
penulisan makalah ini adalah untuk memberikan pemahaman atau pengetahuan
tentang landasan-landasan apa saja yang digunakan dalam bimbingan dan konseling
dan implikasinya terhadap penerapan BK itu sendiri.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Landasan dalam Bimbingan dan Konseling
1. Landasan Filosofis
Kata
filosofis atau filsafat berasal dari bahasa Yunani: Philos berarti cinta dan
sophos berarti bijaksana, jadi filosofis berarti kecintaan terhadap
kebijaksanaan.
Filsafat
mempunyai fungsi dalam kehidupan manusia, yaitu bahwa :
a.
Setiap manusia harus mengambil keputusan atau tindakan,
b.
Keputusan yang diambil adalah keputusan diri sendiri
c.
Dengan berfilsafat dapat mengurangi salah paham dan konflik, dan
d.
Untuk menghadapi banyak kesimpangsiuran dan dunia yang selalu berubah.
Para
penulis Barat .(Victor Frankl, Patterson, Alblaster & Lukes, Thompson &
Rudolph, dalam Prayitno, 2003) telah mendeskripsikan tentang hakikat manusia
sebagai berikut :
· Manusia adalah makhluk rasional
· Manusia berusaha terus-menerus
memperkembangkan dan menjadikan dirinya sendiri khususnya melalui pendidikan.
· Manusia dilahirkan dengan potensi untuk
menjadi baik dan buruk
· Manusia memiliki dimensi fisik,
psikologis dan spiritual
· Manusia akan menjalani tugas-tugas
kehidupannya
· Manusia adalah unik
· Manusia adalah bebas merdeka dalam
berbagai keterbatasannya untuk membuat pilihan-pilihan yang menyangkut perilaku
kehidupannya sendiri.
Dengan
memahami hakikat manusia tersebut maka setiap upaya bimbingan dan konseling
diharapkan tidak menyimpang dari hakikat tentang manusia itu sendiri. Seorang
konselor dalam berinteraksi dengan kliennya harus mampu melihat dan
memperlakukan kliennya sebagai sosok utuh manusia dengan berbagai dimensinya.
2. Landasan Historis
a. Sekilas tentang sejarah bimbingan dan
konseling
Secara
umum, konsep bimbingan dan konseling telah lama dikenal manusia melalui
sejarah. Sejarah tentang pengembangan potensi individu dapat ditelusuri dari
masyarakat yunani kuno. Mereka menekankan upaya-upaya untuk mengembangkan dan
menguatkan individu melalui pendidikan. Plato dipandang sebagan koselor Yunani
Kuno karena dia telah menaruh perhatian besar terhadap masalah-masalah
pemahaman psikologis individu seperti menyangkut aspek isu-isu moral,
pendidikan, hubungan dalam masyarakat dan teologis.
b. Perkembangan layanan bimbingan di
Indonesia
Layanan
BK di industri Indonesia telah mulai dibicarakan sejak tahun 1962. ditandai
dengan adanya perubahan sistem pendidikan di SMA yakni dengan adanya program
penjurusan, program penjurusan merupakan respon akan kebutuhan untuk
menyalurkan siswa kejurusan yang tepat bagi dirinya secara perorangan. Puncak
dari usaha ini didirikan jurusan Bimbingan dan penyuluhan di Fakultas Ilmu
Pendidikan IKIP Negeri, salah satu yang membuka jurusan tersebut adalah IKIP
Bandung (sekrang berganti nama Universitas Pendidikan Indonesia).
Dengan
adanya gagasan sekolah pembangunan pada tahun 1970/1971, peranan bimbingan
kembali mendapat perhatian. Gagasan sekolah pembangunan ini dituangkan dalam
program sekolah menengah pembangunan persiapan, yang berupa proyek percobaan
dan peralihan dari sistem persekolahan Cuma menjadi sekolah pembangunan.
Sistem
sekolah pembangunan tersebut dilaksanakan melalui proyek pembaharuan pendidikan
yang dinamai PPSP (Proyek Perintis Sekolah Pembangunan) yang diujicobakan di 8
IKIP. Badan pengembangan pendidikan berhasil menyusun 2 naskah penting yakni
dengan pola dasar rencana-rencana pembangunan program Bimbingan dan penyuluhan
melalui proyek-proyek perintis sekolah pembangunan dan pedoman operasional
pelayanan bimbingan pada PPSP.
Secara
resmi BK di programkan disekolah sejak diberlakukan kurikulum 1975, tahun 1975
berdiri ikatan petugas bimbingan Indonesia (IPBI) di Malang.
Penyempurnaan
kurikulum 1975 ke kurikulum 1984 dengan memasukkan bimbingan karir di dalamnya.
Selanjutnya UU No. 0/1989 tentang Sisdiknas membuat mantap posisi bimbingan dan
konseling yang kian diperkuat dengan PP No. 20 Bab X Pasal 25/1990 dan PP No.
29 Bab X Pal 27/1990 yang menyatakan bahwa “Bimbingan merupakan bantuan yang
diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal
lingkungan dan merencanakan masa depan.
Perkembangan
BK di Indonesia semakin mantap dengan berubahnya 1 PBI menjadi ABKIN (Asuransi
Bimbingan dan Konseling Indonesia) tapa tahun 2001.
3. Landasan Religius
Dalam
landasan religius BK diperlukan penekanan pada 3 hal pokok:
a. Keyakinan bahwa mnusia dan seluruh alam
adalah mahluk Tuhan
b.
Sikap yang mendorong perkembangan dan perikehidupan manusia berjalan kearah dan
sesuai dengan kaidah-kaidah agama
c.
Upaya yang memungkinkan berkembang dan dimanfaatkannya secara optimal suasana
dan perangkat budaya serta kemasyarakatan yang sesuai dengan kaidah-kaidah
agama untuk membentuk perkembangan dan pemecahan masalah individu
Landasan
Religius berkenaan dengan :
a. Manusia sebagai Mahluk Tuhan
Manusia
adalah mahluk Tuhan yang memiliki sisi-sisi kemanusiaan.
b. Sikap Keberagamaan
Menyeimbangkan
antara kehidupan dunia dan akhirat menjadi isi dari sikap keberagaman. Sikap
keberagaman tersebut pertama difokuskan pada agama itu sendiri, agama harus
dipandang sebagai pedoman penting dalam hidup, nilai-nilainya harus diresapi
dan diamalkan. Kedua, menyikapi peningkatan iptek sebagai upaya lanjut dari
penyeimbang kehidupan dunia dan akhirat.
c. Peranan Agama
Pemanfaatan
unsur-unsur agama hendaknya dilakukan secara wajar, tidak dipaksakan dan tepat
menempatkan klien sebagai seorang yang bebas dan berhak mengambil keputusan
sendiri sehingga agama dapat berperan positif dalam konseling yang dilakukan
agama sebagai pedoman hidup ia memiliki fungsi :
a.
Memelihara fitrah
b.
Memelihara jiwa
c.
Memelihara akal
d.
Memelihara keturunan
4. Landasan Psikologis
Landasan
psikologis dalam BK memberikan pemahaman tentang tingkah laku individu yang
menjadi sasaran (klien). Hal ini sangat penting karena bidang garapan bimbingan
dan konseling adalah tingkah laku klien, yaitu tingkah laku yang perlu diubah
atau dikembangkan untuk mengatasi masalah yang dihadapi
Untuk
keperluan bimbingan dan konseling sejumlah daerah kajian dalam bidang psikologi
perlu dikuasai, yaitu tentang:
1. Motif dan motivasi
2. Pembawaan dasar dan lingkungan
3. Perkembangan individu
4. Belajar
5. Kepribadian
5. Landasan Sosial Budaya
Landasan sosial-budaya merupakan landasan
yang dapat memberikan pemahaman kepada konselor tentang dimensi kesosialan dan
dimensi kebudayaan sebagai faktor yang mempengaruhi terhadap perilaku individu.
Kegagalan dalam memenuhi tuntutan sosial-budaya dapat mengakibatkan tersingkir
dari lingkungannya.
Dalam
proses konseling akan terjadi komunikasi interpersonal antara konselor dengan
klien, yang mungkin antara konselor dan klien memiliki latar sosial dan budaya
yang berbeda. Pederson dalam Prayitno (2003) mengemukakan lima macam sumber
hambatan yang mungkin timbul dalam komunikasi sosial dan penyesuain diri antar
budaya, yaitu : (a) perbedaan bahasa; (b) komunikasi non-verbal; (c)
stereotipe; (d) kecenderungan menilai; dan (e) kecemasan. Agar komunikasi
sosial antara konselor dengan klien dapat terjalin harmonis, maka kelima
hambatan komunikasi tersebut perlu diantisipasi.
Terkait
dengan layanan bimbingan dan konseling di Indonesia, Moh. Surya (2006)
mengetengahkan tentang tren bimbingan dan konseling multikultural, bahwa
bimbingan dan konseling dengan pendekatan multikultural sangat tepat untuk
lingkungan berbudaya plural seperti Indonesia. Bimbingan dan konseling
dilaksanakan dengan landasan semangat bhinneka tunggal ika, yaitu kesamaan di
atas keragaman. Layanan bimbingan dan konseling hendaknya lebih berpangkal pada
nilai-nilai budaya bangsa yang secara nyata mampu mewujudkan kehidupan yang
harmoni dalam kondisi pluralistik.
6. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(IPTEK)
Layanan
bimbingan dan konseling merupakan kegiatan profesional yang memiliki
dasar-dasar keilmuan, baik yang menyangkut teori maupun prakteknya. Pengetahuan
tentang bimbingan dan konseling disusun secara logis dan sistematis dengan
menggunakan berbagai metode, seperti: pengamatan, wawancara, analisis dokumen,
prosedur tes, yang dituangkan dalam bentuk laporan penelitian, buku teks dan
tulisan-tulisan ilmiah lainnya.
Bimbingan
dan konseling merupakan ilmu yang bersifat “multireferensial”. Beberapa
disiplin ilmu lain telah memberikan sumbangan bagi perkembangan teori dan
praktek bimbingan dan konseling, seperti : psikologi, ilmu pendidikan,
statistik, evaluasi, biologi, filsafat, sosiologi, antroplogi, ilmu ekonomi,
manajemen, ilmu hukum dan agama. Beberapa konsep dari disiplin ilmu tersebut
telah diadopsi untuk kepentingan pengembangan bimbingan dan konseling, baik
dalam pengembangan teori maupun prakteknya. Pengembangan teori dan pendekatan
bimbingan dan konseling selain dihasilkan melalui pemikiran kritis para ahli,
juga dihasilkan melalui berbagai bentuk penelitian.
Sejalan
dengan perkembangan teknologi, khususnya teknologi informasi berbasis komputer,
sejak tahun 1980-an peranan komputer telah banyak dikembangkan dalam bimbingan
dan konseling. Menurut Gausel (Prayitno, 2003) bidang yang telah banyak
memanfaatkan jasa komputer ialah bimbingan karier dan bimbingan dan konseling
pendidikan. Moh. Surya (2006) mengemukakan bahwa sejalan dengan perkembangan
teknologi komputer interaksi antara konselor dengan individu yang dilayaninya
(klien) tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka tetapi dapat juga
dilakukan melalui hubungan secara virtual (maya) melalui internet, dalam bentuk
“cyber counseling”. Dikemukakan pula, bahwa perkembangan dalam bidang teknologi
komunikasi menuntut kesiapan dan adaptasi konselor dalam penguasaan teknologi
dalam melaksanakan bimbingan dan konseling.
Dengan
adanya landasan ilmiah dan teknologi ini, maka peran konselor didalamnya
mencakup pula sebagai ilmuwan sebagaimana dikemukakan oleh McDaniel (Prayitno,
2003) bahwa konselor adalah seorang ilmuwan. Sebagai ilmuwan, konselor harus
mampu mengembangkan pengetahuan dan teori tentang bimbingan dan konseling, baik
berdasarkan hasil pemikiran kritisnya maupun melalui berbagai bentuk kegiatan
penelitian.
7. Landasan Pedagogis
Bimbingan
dan konseling identik dengan pendidikan.
Artinya, ketika seseorang melakukan praktik bimbingan dan konseling berarti ia
sedang mendidik, dan begitu pula sebaliknya. Pendidikan itu merupakan salah
satu lembaga sosial yang universal dan berfungsi sebagai sarana reproduksi
sosial ( Budi Santoso, 1992)
Landasan
pedagogis dalam layanan bimbingan dan konseling ditinjau dari tiga segi, yaitu:
a. Pendidikan sebagai upaya pengembangan
individu
Pendidikan
adalah upaya memanusiakan manusia. Tanpa pendidikan, bagi manusia yang telah
lahir itu tidak akan mampu memperkembangkan dimensi ke individualannya,
kesosialisasinya, kesosilaanya dan keberagamaanya.
b. Pendidikan sebagai inti proses bimbingan
konseling.
Bimbingan
dan konseling mengembangkan proses belajar yang dijalani oleh klien-kliennya.
Kesadaran ini telah tampil sejak pengembangan gerakan Bimbingan dan Konseling
secara meluas di Amerika Serikat . pada tahun 1953, Gistod telah menegaskan
Bahwa Bimbingan dan Konseling adalah proses yang berorientasi pada belajar.
Belajar untuk memahami lebih jauh tentang diri sendiri, belajar untuk
mengembangkan dan merupakan secara efektif berbagai pemahaman.. Lebih jauh,
Nugent (1981) mengemukakan bahwa dalam konseling klien mempelajari ketrampilan
dalam pengambilan keputusan. Pemecahan masalah, tingkah laku, tindakan, serta
sikap-sikap baru . Dengan belajar itulah klien memperoleh berbagai hal yang
baru bagi dirinya dan dengan memperoleh hal-hal baru itu juga seorang klien
akan semakin berkembang.
c.
Pendidikan lebih lanjut sebagai inti tujuan bimbingan dan konseling
Tujuan
Bimbingan dan Konseling disamping memperkuat tujuan-tujuan pendidikan, juga
menunjang proses pendidikan pada umumnya. Hal itu dapat dimengerti karena
program-program bimbingan dan konseling meliputi aspek-aspek tugas perkembangan
individu, khususnya yang menyangkut kawasan kematangan pendidikan karier,
Kematangan personal dan emosional, serta kematangan sosial, semuanya untuk
peserta didik pada jenjang pendidikan dasar (SD dan SLTP) dan pendidikan
menengah (Borders dan Drury, 1992).
BAB
III
KESIMPULAN
Berdasarkan
uraian di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
Sebagai
sebuah layanan profesional, bimbingan dan konseling harus dibangun di atas
landasan yang kokoh. Karena landasan bimbingan dan konseling yang kokoh
merupakan tumpuan untuk terciptanya layanan bimbingan dan konseling yang dapat
memberikan manfaat bagi kehidupan.
Landasan
bimbingan dan konseling meliputi : (a) landasan filosofis, (b) landasan
histori; (c) landasan religius; (d) landasan psikologis; (e) landasan sosial
budaya; (f) ilmu pengetahuan dan teknologi dan (g) landasan pedagogis.
Landasan
filosofis berkenaan dengan upaya memahami hakikat manusia, dikaitkan dengan
proses layanan bimbingan dan konseling.
Landasan
religius berkenaan dengan manusia sebagai mahluk Tuhan, sikap keberagamaan,
peranan agama
Landasan
psikologis berhubungan dengan pemahaman tentang perilaku individu yang menjadi
sasaran layanan bimbingan dan konseling, meliputi : (a) motif dan motivasi; (b)
pembawaan dan lingkungan; (c) perkembangan individu; (d) belajar; dan (d)
kepribadian.
Landasan
sosial budaya berkenaan dengan aspek sosial-budaya sebagai faktor yang
mempengaruhi terhadap perilaku individu, yang perlu dipertimbangakan dalam
layanan bimbingan dan konseling, termasuk di dalamnya mempertimbangkan tentang
keragaman budaya.
Landasan
ilmu pengetahuan dan teknologi berkaitan dengan layanan bimbingan dan konseling
sebagai kegiatan ilimiah, yang harus senantiasa mengikuti laju perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat.
Landasan
Pedagogis berkaitan dengan pendidikan. Artinya, ketika seseorang melakukan
praktik bimbingan dan konseling berarti ia sedang mendidik.
DAFTAR
PUSTAKA
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/25/landasan-bimbingan-dan-konseling/
http://www.scribd.com/doc/57115880/Landasan-Pedagogis-Dalam-Bk
Bermanfaat sekali
BalasHapusbermanfaat
BalasHapuskeren
BalasHapussangat bermanfaat
BalasHapussemoga bermanfaat
BalasHapus