Resensi buku sosioantropologi








DATA BUKU
Judul Asli        : Sociology, A Multiple Paradigm Science
Penulis             : George Ritzer
Penerjemah      : Drs. Alimandan
Judul               : Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda
Penerbit           : CV. Rajawali Pers, Jakarta
Cetakan           : II, 1992
Tebal               : 181 halaman
ISBN               : 979-421-314-4
LATAR BELAKANG
Geroge Ritzer adalah seorang pakar sosiolog sekaligus filosof yang menjadi penulis dari buku “Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda”. Buku ini memiliki nilai bobot ilmiah yang sangat baik untuk dipelajari sekalipun hanya sebagai pengantar. Buku yang berjudul asli “Sociology, A Multiple Paradigm Science” ini diterjemahkan oleh Drs. Alimandan.
ULASAN
Buku yang berjudul Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda terdiri dari 6 bab. Diantaranya yaitu:
Bab 1: Status Paradigma Sosial
Paparan awalnya George Ritzer mencoba untuk menjelaskan mengenai asal-usul lahirnya sebuah Ilmu Sosiologi. Ritzer menerangakan sejarah sosiologi yang lahir di tengah-tengah persaingan pengaruh antara filsafat dan psikologi. Emily Durkheim adalah orang pertama yang mencoba melepaskan sosiologi dari dominasi kedua kekuatan yang sangat mempengaruhinya itu, Sebagai suatu konsep, istilah paradigma pertama kali diperkenalkan oleh Thomas Khun yang menjadikan paradigma ini menempati posisi sentral ditengah perkembangan sosiologi hingga menempati kurun decade yang cukup lama, lalu gagasan ini yang menjadi pendorong bagi generasi setelahnya yaitu Robert Friedrichs (1970), Lodahl dan Cordon (1972) serta Philips (1973) dan juga Effrat (1973) yang ikut mempopulerkan istilah paradigma yang digagas oleh Thomas Khun. Menurut Thomas Khun ilmu pengetahuan itu di dominasi oleh suatu paradigma tertentu pada waktu tertentu pula. Yaitu suatu pandangan yang mendasar tentang apa yang menjadi pokok persoalan dari cabang ilmu tersebut. Tapi sayangnya, Thomas Khun tidak merumuskan dengan jelas tentang apa yang dimaksud dengan paradigma itu, bahkan istilah paradigma yang dipergunakan tak kurang dari dua puluh satu cara yang berbeda. Masterman mencoba meredusir kedua puluh satu konsep paradigma Khun yang berbeda itu menjadi tiga tipe, yaitu:
1. Paradigma Metafisik
2. Paradigma Sosiologi
3. Paradigma Konstrak
Ritzer menilai bahwa paradigma itu terdiri atas kelipatan beberapa paradigma (multiole paradigma) pergulatan pemikiran tersebut terjelma juga dalam exemplar, teori-teori, metode serta perangkat yang digunakan masing-masing komunitas ilmuwan yang termasuk ke dalam paradigma tertentu. Pergulatan pemikiran sedemikian itulah yang menandai pertumbuhan dan perkembangan sosiologi sejak awal hingga dalam kedudukannya seperti sekarang.
Bab 2: Paradigma Fakta Sosial
Paradigma fakta sosial ini di ambil dari kedua karya Durkheim yang meletakkan landasan paradigma fakta sosial melalui karyanya The Rules of Sociological Method (1895) dan Suicide (1897). Fakta sosial dinyatakan oleh Emile Durkheim sebagai barang sesuatu (Thing) yang berbeda dengan ide. Barang sesuatu menjadi objek penyelidikan dari seluruh ilmu pengetahuan. Ia tidak dapat dipahami melalui kegiatan mental murni (spekulatif). Tetapi untuk memahaminya diperlukan penyusunan data riil diluar pemikiran manusia. Fakta sosial ini menurut Durkheim terdiri atas dua macam:
1. Dalam bentuk material: Yaitu barang sesuatu yang dapat disimak, ditangkap, dan diobservasi. Fakta sosial inilah yang merupakan bagian dari dunia nyata contohnya arsitektur dan norma hukum.
2. Dalam bentuk non-material: Yaitu sesuatu yang ditangkap nyata (eksternal). Fakta ini bersifat inter subjective yang hanya muncul dari dalam kesadaran manusia, sebagai contoh egoisme, altruisme, dan opini.
Pokok persoalan yang harus menjadi pusat perhatian penyelidikan sosiologi menurut paradigma ini adalah fakta-fakta sosial. Secara garis besar fakta sosial terdiri atas dua tipe, masing-masing adalah struktur sosial dan pranata sosial. Secara lebih terperinci fakta sosial itu terdiri atas : kelompok, kesatuan masyarakat tertentu, system sosial, peranan, nilai-nilai, keluarga, pemerintahan dan sebagainya. Menurut Peter Blau ada dua tipe dasar dari fakta sosial:
1. Nilai-nilai umum (common values)
2. Norma yang terwujud dalam kebudayaan atau dalam subkultur
 Ada empat varian teori yang tergabung ke dalam paradigma fakta sosial ini. yaitu:
1. Teori Fungsionalisme-Struktural
2. Teori Konflik
3. Teori Sistem
4. Teori Sosiologi Makro
Ketika melakukan pendekatan terhadap pengamatan fakta sosial ini dapat dilakukan dengan berbagai metode yang banyak untuk ditempuh, baik interviu maupun kuisioner yang terbagi lagi menjadi berbagai cabang dan metode-metode yang semakin berkembang. Kedua metode itulah yang hingga kini masih tetap dipertahankan oleh penganut paradigma fakta sosial sekalipun masih adanya terdapat kelemahan didalam kedua metode tersebut.
Bab 3: Paradigma Definisi Sosial
Paradigma ini merupakan salah satu aspek yang sangat khusus dari karya weber, yakni dalam analisisnya tentang tindakan sosial. Menurut Weber paradigma ini mengartikan sosiologi sebagai studi tentang tindakan sosial antara hubungan sosial.
Ada tiga teori yang termasuk kedalam paradigma definisi sosial ini, yaitu:
1. Teori Aksi (action theory)
2. Interaksionisme Simbolik (Simbolik Interactionism)
3. Fenomenologi (Phenomenology).
Ketiga teori diatas mempunyai kesamaan ide dasarnya bahwa menurut pandangannya, manusia adalah aktor yang kreatif dari realitas sosialnya. Selain itu dalam ketiga pembahasan ini pula mempunyai cukup banyak kebebasan untuk bertindak diluar batas kontrol dari fakta sosial itu. Sesuatu yang terjadi didalam pemikiran manusia antara setiap stimulus dan respon yang dipancarkan, menurut ketiga teori ini merupakan hasil tindakan kreatif manusia. Dan hal inilah yang menjadi sasaran perhatian paradigma definisi sosial. Sehingga secara umum dapat dikatakan bahwa penganut ketiga teori yang termasuk kedalam paradigma definisi sosial ini membolehkan sosiolog untuk memandang manusia sebagai pencipta yang relatif bebas didalam dunia sosialnya. Penganut paradigma definisi sosial ini cenderung mengunakan metode obervasi dalam penelitian mereka. Alasannya adalah untuk memahami realitas  Intrasubjective dan Intersubjective dari tindakan sosial dan interaksi sosial. Kelemahan dari teknik observasi ini ialah bahwa diberitahukan atau tidak. Namun kehadiran peneliti di tengah-tengah kelompok yang diselidiki itu akan mempengaruhi tingkah laku subjek yang diselidiki.
Bab 4: Paradigma Perilaku Sosial
Paradigma ini adalah tingkah laku individu yang berlangsung dalam hubungannya dengan faktor lingkungan yang menghasilkan akibat-akibat atau perubahan dalam faktor lingkungan menimbulkan yang berpengaruh terhadap perubahan tingkah laku. Paradigma perilaku sosial memusatkan perhatiannya kepada antar hubungan antara individu dan lingkungannya, yaitu lingkungan yang terdiri atas bermacam-macam objek sosial dan objek non-sosial. Ada dua teori yang termasuk kedalam paradigma perilaku sosial, yaitu:
1. Behavioral Sociology Theory
2. Exchange Theory
Paradigma ini lebih banyak menggunakan metode eksperimen dalam penelitiannya. Secara tradisional paradigma ini menyukai eksperimen di laboratorium. Walaupun dewasa ini eksperimen dilakukan juga di lapangan. Keutamaan metode eksperimen ini adalah memberikan kemungkinan terhadap peniliti untuk mengontrol dengan ketat objek dan kondisi di sekitarnya. Metode ini memungkinkan pula untuk membuat penilaian atau penngukuran dengan tingkat ketepatan yang tinggi terhadap efek dari perubahan-perubahan tingkah laku aktor yang ditimbulkan dengan sengaja di dalam eksperimen itu. Walaupun eksperimen merupakan suatu metode penelitian langsung yang baik terhadap tingkah laku aktor, namun peneiliti masih dituntut untuk mengamati perilaku lanjut aktor yang sedang diteliti.
Bab 5: Perbedaan antar paradigma
            Pada bab kelima ini, membahas tentang ringkasan utama keempat bab terdahulu, kemudian menilai perbedaaan paradigma sosiologi dewasa ini dan terakhir tentang beberapa prediksi perubahan yang mungkin terjadi dalam paradigma sosiologi dimasa datang. Jadi secara singkat paradigma perilaku sosial yang menerangkan tingkah laku dan kemungkinan perulangan tingkah laku, paradigma definisi sosial hanya memerangkan konstruksi sosial dari realitas dan tindakan berikutnya. Sedangkan paradigma fakta sosial hanya berperan baik jika menjelaskan sruktur sosial yang dapat diterangkan dengan memadai tanpa penggambaran mendalam dari seluruh paradigma. Oleh karena itu perbedaaan paradigma ada dari sisi positif ada pula dari sisi negatif. Dari sisi positif perbedaan pandang antar paradigma dapat membantu untuk menguji ide-ide baru. Sedangkan  dari sisi negatif yaitu mengakibatkan pertentangan antar paradigma membuat kecendrungan menyerang nama baik orang lain.
Bab 6: Menuju paradigma sosiologi yang terpadu
            Untuk menuju paradigma sosiologi yang terpadu itu harus mencakupi realitas sosial secara integratif diantaranya yaitu kesatuan makro objektif seperti birokrasi, struktur makro subjektif seperti kultur, fenomena mikro objektif seperti pola-pola interraksi sosial dan fakta-fakta mikra subjektif seperti proses pembentukan realitas.
TANGGAPAN
Buku ini memiliki kelebihan yang luar biasa, yaitu setiap bab yang dibahas memiliki daftar pustaka yang jelas. Sedangkan kelemahannya yaitu buku ini dari segi pola penulisan bahasanya masih terbilang berbelit-belit dan banyak menggunakan istilah-istilah yang sulit dimengerti. Ya mungkin karena buku ini ditunjukan sebagai pokok acuan mahasiswa yang mempelajari konsep sosiologi atau halnya sebagai buku wajib bagi mata kuliah Sosiologi di berbagai perguruan tinggi bukan untuk khalayak masyarakat umum.
SIMPULAN
Sosiologi adalah ilmu pengetahuan berparadigma ganda karena antara paradigma yang satu dengan paradigma yang lain terdapat perbedaan bahkan pertentangan pandangan tentang disiplin sosiologi sebagai suatu kebulatan dan tentang batas-batas bidang paradigma itu masing-masing. Dalam bidang ilmu ini terdapat beberapa paradigma yang memaparkan dan menjelaskan cabang-cabang paradigmanya dan spsesifikasi bidangnya masing-masing.
Ada 3 paradigma yang mendasari ilmu sosiologi ini, yaitu:
1. Paradigma Fakta Sosial
2. Paradigma Definisi Sosial
3. Paradigma Perilaku Sosial
Ketiga paradigma teori tersebut telah dipaparkan penjelasannya diatas beserta dengan cabang-cabang teori yang mendukung kostrruk paradigmanya. Selain itu juga banyak spesifikasi yang diberikan oleh para ahli dalam memberikan suatu asumsi-asumsi terhadap paradigma tersebut dengan penjelasannya masing-masing.

3 Responses to "Resensi buku sosioantropologi"