Teori Kepribadian Menurut Para Ahli


TEORI KEPRIBADIAN MENURUT PARA AHLI




Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam
Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah
Institut Agama Islam Negeri Lhokseumawe
2018/2019

A.    Pendahuluan
Setiap manusia memiliki keunikan dan varibilitas masing-masing antara manusia satu dengan manusia yang lain. Individu dalam setiap spesies yang hidup menunjukan perbedaan, baik secara fisik maupun psikologis, sedikit lebih mengejutkan dan terkadang unik di antara lainnya. Oleh karena itu, kita harus memahami berbagai kepribadian manusia, terutama bagi seorang konselor, harus memahami secara teliti bagaimana kepribadian yang dimiliki konselinya. Adakala bersifat pendiam dan tertutup, ada pula sangat suka mencari perhatian dan ada juga yang bersikap tenang dan tidak memperdulikan keadaan sekitar, sedangkan yang lain mudah tersinggung dan terus menerus merasa cemas.
Mengenai dengan kepribadian tersebut menurut Al-Ghazali dalam buku teori kepribadian menurut perspektif Islam mengatakan bahwa teori kepribadian adalah substansi yang tunggal, tidak bercerai-berai, yang merupakan substansi rohani dan kepribadian disebut dengan al-nafs, Al-Ghazali juga berpendapat bahwa menurutnya kepribadian manusia terbentuk sejak lahir sudah dalam bentuk potensial.
Maka tidak heran, jika pada masa sekarang teori kepribadian menjadi salah satu kajian dibidang sosiologis dan psikologis. Terkait dengan perbedaan kepribadian, penulis menganggap topik teori kepribadian ini memang sangat penting untuk dibahas agar kita dapat mengetahui dan memahami berbagai macam teori kepribadian baik dari segi perspektif Islam maupun Barat.
B.     Tinjauan Pustaka
Untuk menggambarkan bagaimana pola-pola dan karakterisktik kepribadian manusia yang mendiami dunia ini salah satunya dengan pengklasifikasian keperibadian manusia dalam pandangan islam, yaitu kepribadian orang-orang yang beriman, kepribadian orang-orang yang kafir dan kepribadian orang-orang munafik. Karenanya, ketiga kelompok kepribadian tersebut dijadikan nama sebuah surah, yakni surah al-Mu’minun (orang-orang beriman), surah al-Kafirun dan surah al-Munafiqun.[1]
Menurut ibnu rusy kepribadian manusia terdiri dari istilah al-nasf namun ada pula yang menyamakan dengan istilah ar roh. Hakikat pada dasarnya aspek-aspek dan perilaku kejiwaan manusia secara sadar membentuk kualitas diri yang sempurna dan memilliki syarat akan nilai etik mendapatkan kebahagiaan hidup dunia dan akhirat. Nasir Al-Din Tusi juga mengatakan bahwa kepribadian manusia terdiri dari empat potensialitas yaitu akal material, akal malaikat, akal aktif dan akal yag diperoleh.[2]
Menurut Al-Qhazali kepribadian  manusia adalah aspek atau elemen-elemen yang terdapat pada diri manusia yang karenanya kepribadian terbentuk. Dalam kondisi tersebut, dalam terminologi Islam lebih dikenal dengan istilah al-jasad, al-ruh, dan al-nafs. Jasad merupakan aspek biologis atau fisik manusia, ruh merupakan aspek psikologis atau psikis manusia, sedangkan nafs merupakan aspek psikofisik manusia yang merupakan sinergi antara jasad dan ruh.[3]
Menurut Freund, teori kepribadian adalah teori psikoanalisis yanng mengarah  bahwa ego harus menghadapi konflik antara id (yang berisi naluri seksual dan agresif yang selalu membutuhkan penyaluran) dan superego (yang berisi larangan-larangan dan aturan yang menghambat naluri-naluri tersebur). Selanjutnya ego masih mempertimbangkan realiatas didunia luar sebelum menampilkan perilaku tersebut. Freund juga mengutamakan faktor psikoseksual dalam menganalisis kepribadian.[4]
 Menurut John B. Watson teori kepribadian adalah teori behaviorisme yang didirikan pada tahun 1913. Watson mengatakan bahwa setiap individu adalah organisme yang memperoleh perbendaharaan tingkah laku melalui belajar. Dia bukanlah agen penyebab tingkah laku, melainkan tempat kedudukan atau suatu poin dimana faktor lingkungan dan bawaaan yang khas secara bersamaan menghasilkan tingkah akibat (tingkah laku) yang khas pula pada individu tersebut.[5]
Menurut Abraham Maslow teori kepribadian adalah teori humanisme yang muncul pada tahun 1960 sampai dengan 1970 dan mungkin perubahan-perubahan dan inovasi yang terjadi selama dua dekade terakhir pada abad 20. Humanisme mempunyai pendapat bahwa setiap orang itu menentukan perilaku mereka sendiri. Mereka bebas dalam memilih kualitas hidup mereka, tidak terikat oleh lingkungan. Manusia juga mempunyai implikasi yang penting untuk memenuhi kebutuhannya.[6]
Menurut Toeti Soekanto dan Udin Saripudin bahwa teori kepribadian adalah teori kognitif yang lebih menekankan pada gagasan bahwa masing-masing bagian dari sebuah informasi dan situasi selama proses pembelajaran akan saling berhubungan dengan keseluruhan konteks pengetahuan tersebut sehingga akan lebih bermakna. Oleh sebab itu pemahaman teori kognitif merupakan sistem ingatan atau memori didalam otak dan memiliki peranan penting dalam kepribadian manusia.[7]
C.    Pembahasan dan Analisa
Mengenai dengan beberapa teori yang dikemukakan oleh para ahli banyak terdapat perbedaan bahkan ada yang menentang satu sama lain terhadap kelebihan dan kelemahan disetiap teorinya. Seperti teori kepribadian dari Al-Qhazali mengatakan bahwa kepribadian manusia adalah aspek atau elemen-elemen yang terdapat pada diri manusia  dimana aspek terbaik berasal dari Tuhan dan aspek terburuk berasal dari nafsu manusia tersendiri. Tetapi jika teori tersebut diterapkan di dunia Barat akan banyak menimbulkan pertentangan dan penolakan dari berbagai unsur masyarakat di barat seperti Eropa dan Amerika. Karena kebanyakan orang barat sudah terlanjur menganut sistem pemerintahan sekuler, perbedaan budaya dan kehidupan sosialnya.
Lain hal nya dengan teori psikoanalisis yang banyak ditentang oleh para ahli barat karena lebih meengutamakan psikoseksual dalam menganalisa kepribadian. Seperti yang dikatakan oleh Erikson bahwa yang terpenting bukanlah dorongan seks dan bukan pula konflik antara Id dan Superego melainkan bagaimana manusia sebagai makhluk rasional mengaktifkan Ego untuk  mengendalikan pikiran, perasaan dan perilaku manusia.
D.    Kesimpulan
Teori kepribadian yang dikemukakan oleh para ahli berbeda-beda. Ada dari perspektif Islam ada pula dari perspkltif Barat. Diantara para tokoh Islam yaitu Al-Qhazali mengatakan bahwa kepribadian manusia adalah aspek atau elemen-elemen yang terdapat pada diri manusia yang lebih dikenal dengan istilah al-jasad, al-ruh, dan al-nafs. Tokoh islam lain juga sepakat dengan pendapat Al-qhazali seperti Ibnu Rusy yang mengemukakan bahwa kepribadian manusia terdiri dari istilah al-nasf  atau ar-roh. Namun berbeda para ahli Barat, salah satunya adalah teori psikoanalisis yang dikemukakan oleh Sigmen Freund yang memandang bahwa kepribadian manusia terdiri dari ego, id dan superego. Sedangkan teori behavioristme ysng dikemukakan oleh John B. Watson memandang bahwa kepribadian manusia dinilai dari tingkah lakunya. Sedangkan Abraham Maslow memandang teori kepribadian sebagai humanisme yaitu setiap manusia memiliki keunikan masing-masing dan bebas memilih tanpa ada pengaruh limgkungan. Berbeda pula dengan teori keribadian kognitif yang dikemukakan oleh tokoh indonesia Toeti Soekanto dan Udin Saripudin bahwa pemahaman teori kognitif merupakan sistem ingatan atau memori didalam otak dan memiliki peranan penting dalam kepribadian manusia.
E.     Referensi
Daulay, Nurussakinah. 2014. Pengantar Psikologi Umum dan Pandangan Al-   Qur’an Tentang Psikolog. Jakarta : Penada Media Group.
Amin, Safwan. 2009. Pengantar Psikologi Umum. Banda Aceh : Yayasan Pena Banda Aceh.
Mujib, Abdul, 2017. Teori Kepribadian dalam Perspektif Psikologi Islam. Jakarta : PT Raja Grafindo.
Hutagalung, Inge. 2007. Pengembangan Kepribadian. Jakarta. PT Indeks.
Uno, Hamzah B. 2012. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta. PT Bumi Aksara.
Dalyono, M. 2012. Psikologi Pendidikan. Jakarta. Rineka Cipta.
Irham, Muhammad dan  Novan Ardy Wijaya. 2017. Psikologi Pendidikan Teori Dan Aplikasi dalam Proses Pembelajaran. Jogjakarta. Ar-Ruzz Media.






[1] Safwan Amin, pengantar psikologi umum, ( Banda Aceh : Yayasan pena, 2005/2009 ), h. 108 .
[2] Nurusakinah Daulay, pengantar psikologi  dan pandangan Al-Qur’an tentang psikolog, (Jakarta : Prenada Media Group, 2014), h. 42-43
[3] Abdul Mujib, Teori Kepribadian dalam Perspektif Psikologi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafino Persada, 2017), h. 62
[4] Inge Hutagalung, Pengembangan Kepribadian, (Jakarta : PT Indeks, 2007), h. 5
[5] Hamzah B.Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), H.24
[6] M. Dalyono,  Psikologi Pendidikan, ( Jakarta : Rineka cipta, 2012 ), h. 35
[7] Muhammad irham dan novan ardy wiyani,  Psikologi Pendidikan, (Jogjakarta, Ar-Ruzz Media,2017), h. 164

2 Responses to "Teori Kepribadian Menurut Para Ahli "