Hubungan Kesehatan Mental dengan Bimbingan dan Konseling



KONSEP KESEHATAN MENTAL

Disusun Oleh:

                              Nama           : Mukramati
                                                     Febriyana
 Fakultas     : Ushuludddin, adab dan dakwah
 Jurusan      : Bimbingan dan konseling islam
 Sem/Unit   : III/1

 
Dosen        : Linur Ficca Agustina, Skm., M.Kes




FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI LHOKSEUMAWE
 2018/2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.
          Puji syukur saya ucapkan atas kehadiran Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan Makalah yang berjudul konsep kesehatan mental“. ini dapat di selesaikan. Makalah ini merupakan wujud dari gagasan perlunya referensi untuk mata kuliah Kesehatan Mental. Kemudian makalah ini diintergrasikan dengan pemikiran-pemikiran dari ahli lain dan konsep-konsep yang baru berkembang.
          Makalah ini mendapat banyak tambahan materi yang disesuaikan dengan sistematiika pemikiran dari sisi prosedur. Dalam menyelesaikan makalah ini, kami banyak menerima bantuan dari berbagai pihak sehingga dalam waktu yang relatif singkat makalah yang sederhana ini dapat terwujud. Oleh karena itu, kami menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada semua pihak yang membantu,terutama dosen pembimbing. Semoga Allah S.W.T berkenan mencatat amal shalehnya.
          Kami  sadar bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami  mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Dengan iringan doa semoga makalah ini bisa bermanfaat dalam pengembangan pendidikan dan wacana berpikir kita .

Lhokseumawe, 21 september 2018

Penulis


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii










BAB 1

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah

Dengan mengucapkan bismillahhirahmanirrahim. Alhamdulillah kami bisa menyusun makalah ini dan kami bisa menyiapkan materinya dengan semampu kami yaitu    konsep kesehatan mental.     

Setiap individu untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka dituntut untuk bekerja dan berusaha agar keinginan dari dirinya dapat dipenuhi. Untuk memenuhi kebutuhannya tersebut maka memerlukan kebutuhan jasmani yang sehat. Karena apabila jasmani atau tubuh terganggu maka semua aktivitas individu tersebut akan terganggu.

 Menurut WHO (World Health Organization) sehat adalah suatu keadaan beupa kesejahteraan fisik, mental dan sosial secara penuh bukan semata-mata hanya terbatas dari penyakit dan keadaan lemah tertentu. Apabila mantal dan jasmani individu tersebut sehat tentunya akan sedikit kemungkian terjadinya gangguan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Jika mental individu tersebut dapat terhindar dari gejala-gejala gangguan dan penyakit jiwa, sehingga ia dapat memanfaatkan segala potensi dan bakat yang dimiliki. Dengan keadaan mental yang sehat individu tersebut dapat berkembang secara optimal.

Maka dari itu kita sebagai mahasiswa, khususnya mahasiswa jurusan Bimbingan dan Konseling Islam perlu mempelajari kesehatan mental agar nanti saat menghadapi individu yang memiliki gejala-gejala gangguan mental agar dapat segera diatas, sehingga individu tersebut tidak kearah patologi (Sakit mental).

 

1.2 Rumusan Masalah

1.      Bagaimana konsep kesehatan sehat dan sakit?
2.      Bagaimana definisi kesehatan mental menurut para ahli?
3.      Bagaimana kesehatan mental dalam persfektif agama, sosial dan psikologis?
4.      Bagaimana kesehatan mental dalam konteks keilmuan?
5.      Apa pentingnya ilmu kesehatan mental dalam konseling?

1.3Tujuan Masalah

1.      Untuk mengetahui konsep kesehatan sehat dan sakit.
2.      Untuk mengetahui definisi kesehatan mental menurut para ahli
3.      Untuk mengetahui kesehatan mental dalam persfektif agama, sosial dan psikologis.
4.      Untuk mengetahui kesehatan mental dalam konteks keilmuan.
5.      Untuk mengetahui pentingnya ilmu kesehatan mental dalam konseling.

 






 

BAB II

PEMBAHASAN


2.1 Konsep Kesehatan Sehat Dan Sakit

A. Sehat

Menurut WHO (1947) Sehat itu sendiri dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan (WHO, 1947).

Sehat menurut DEPKES RI UU No.23,1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur –unsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian integral kesehatan

Dalam pengertian yang paling luas sehat merupakan suatu keadaan yang dinamis dimana individu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan internal (psikologis, intelektua, spiritual dan penyakit) dan eksternal  (lingkungan fisik, social, dan ekonomi) dalam mempertahankan kesehatannya.
1.      Ciri-ciri sehat
a)      Kesehatan fisik
Kesehatan fisik terwujud apabila sesorang tidak merasa dan mengeluh sakit atau tidak adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit. Semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami gangguan.

b)      Kesehatan mental (jiwa)
Kesehatan mental (jiwa) mencakup 3 komponen, yakni :
1)      Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran.
2)      Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang   untuk mengekspresikan emosinya, misalnya takut, gembira, kuatir, sedih dan sebagainya.
3)      Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur, pujian, kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu di luar alam fana ini, yakni Tuhan Yang Maha Kuasa (Allah SWT dalam agama Islam). Misalnya sehat spiritual dapat dilihat dari praktik keagamaan seseorang.
c)      Kesehatan sosial 
Kesehatan sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang lain atau kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras, suku, agama atau kepercayan, status sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya, serta saling toleran dan menghargai.
d)     Kesehatan  ekonomi
Kesehatan dari aspek ekonomi terlihat bila seseorang (dewasa) produktif, dalam arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat menyokong terhadap hidupnya sendiri atau keluarganya secara finansial. Bagi mereka yang belum dewasa (siswa atau mahasiswa) dan usia lanjut (pensiunan), dengan sendirinya batasan ini tidak berlaku. Oleh sebab itu, bagi kelompok tersebut, yang berlaku adalah produktif secara sosial, yakni mempunyai kegiatan yang berguna bagi kehidupanmereka nanti, misalnya berprestasi bagi siswa atau mahasiswa, dan kegiatan sosial, keagamaan, atau pelayanan kemasyarakatan lainnya bagi usia lanjut.


2.      Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keyakinan Dan Tindakan Kesehatan
a)      Faktor Internal
1)      Tahap Perkembangan
 status kesehatan dapat ditentukan oleh faktor usia dalam hal ini adalah pertumbuhan dan perkembangan, dengan demikian setiap rentang usia (bayi-lansia) memiliki pemahaman dan respon terhadap perubahan kesehatan yang berbeda-beda. Untuk itulah seorang tenaga kesehatan (perawat) harus mempertimbangkan tingkat pertumbuhan dan perkembangan klien pada saat melakukan perncanaan tindakan. Contohnya: secara umum seorang anak belum mampu untuk mengenal keseriusan penyakit sehingga perlu dimotivasi untuk mendapatkan penanganan atau mengembangkan perilaku pencegahan penyakit..
2)       Pendidikan atau Tingkat Pengetahuan
Keyakinan seseorang terhadap kesehatan terbentuk oleh variabel intelektual yang terdiri dari pengetahuan tentang berbagai fungsi tubuh dan penyakit , latar belakang pendidikan, dan pengalaman masa lalu. Kemampuan kognitif akan membentuk cara berfikir seseorang termasuk kemampuan untuk memehami faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit dan menggunakan pengetahuan tentang kesehatan  untuk menjaga kesehatan sendirinya.
3)      Persepsi tentang fungsi
Cara seseorang merasakan fungsi fisiknya akan berakibat pada keyakinan terhadap kesehatan dan cara melak­sanakannya. 
4)      Faktor Emosi
Faktor emosional juga mempengaruhi keyakinan terhadap kesehatan dan cara melaksanakannya
5)      Spiritual
     b)   Faktor Eksternal
1)      Praktik di Keluarga
2)      Faktor Sosioekonomi
3)       Latar Belakang Budaya
B. Sakit
sakit menurut etiologi naturalistik dapat dijelaskan dari segi impersonal dan sistematik, yaitu bahwa sakit merupakan satu keadaan atau satu hal yang disebabkan oleh gangguan terhadap sistem tubuh manusia.
1.      Ciri-Ciri Sakit
a)      Individu percaya bahwa ada kelainan dalam tubuh ; merasa dirinya tidak sehat merasa timbulnya berbagai gejala merasa adanya bahaya.
Mempunyai 3 aspek :
·         secara fisik : nyeri, panas tinggi.
·         Kognitif : interprestasi terhadap gejala.
·         Respons emosi terhadap ketakutan / kecamasan.
b)     Asumsi terhadap peran sakit (sick Rok).Penerimaan terhadap sakit.
2.      Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Sakit
a)      Faktor Internal
1). Persepsi individu terhadap gejala dan sifat sakit yang dialami
Klien akan segera mencari pertolongan jika gejala tersebut dapat mengganggu rutinitas kegiatan sehari-hari. Misal: Tukang Kayu yang menderitas sakit punggung, jika ia merasa hal tersebut bisa membahayakan dan mengancam kehidupannya maka ia akan segera mencari bantuan. Akan tetapi persepsi seperti itu dapat pula mempunyai akibat yang sebaliknya. Bisa saja orang yang takut mengalami sakit yang serius, akan bereaksi dengan cara menyangkalnya dan tidak mau mencari bantuan.

2). Asal atau Jenis penyakit
Pada penyakit akut dimana gejala relatif singkat dan berat serta mungkin mengganggu fungsi pada seluruh dimensi yang ada, Maka klien bisanya akan segera mencari pertolongan dan mematuhi program terapi yang diberikan. Sedangkan pada penyakit kronik biasany berlangsung lama (>6 bulan) sehingga jelas dapat mengganggu fungsi diseluruh dimensi yang ada. Jika penyakit kronik itu tidak dapat disembuhkan dan terapi yang diberikan hanya menghilangkan sebagian gejala yang ada,  maka klien mungkin tidak akan termotivasi untuk memenuhi rencana terapi yang ada.
b)     Faktor Eksternal
1)      Gejala yang Dapat Dilihat
Gejala yang terlihat dari suatu penyakit dapat mempengaruhi Citra Tubuh dan Perilaku Sakit. Misalnya: orang yang mengalami bibir kering dan pecah-pecah mungkin akan lebih cepat mencari pertolongan dari pada orang dengan serak tenggorokan, karena mungkin komentar orang lain terhadap gejala bibir pecah-pecah yang dialaminya.
2)      Kelompok Sosial
Kelompok sosial klien akan membantu mengenali ancaman penyakit, atau justru meyangkal potensi terjadinya suatu penyakit. Misalnya: Ada 2 orang wanita, sebut saja Ny. A dan Ny.B berusia 35 tahun yang berasal dari dua kelompok sosial yang berbeda telah menemukan adanya benjolan pada Payudaranya saat melakukan SADARI. Kemudian mereka mendisukusikannya dengan temannya masing-masing. Teman Ny. A mungkin akan mendorong mencari pengobatan  untuk menentukan apakah perlu dibiopsi atau tidak; sedangkan teman Ny. B mungkin akan mengatakan itu hanyalah benjolan biasa dan tidak perlu diperiksakan ke dokter.
3)      Latar Belakang Budaya
Latar belakang budaya dan etik mengajarkan sesorang bagaimana menjadi sehat, mengenal penyakit, dan menjadi sakit. Dengan demikian perawat perlu memahami latar  belakang budaya yang dimiliki klien.
4)      Ekonomi
Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang biasanya ia akan lebih cepat tanggap terhadap gejala penyakit yang ia rasakan. Sehingga ia akan segera mencari pertolongan ketika merasa ada gangguan pada kesehatannya.
5)      Kemudahan Akses Terhadap Sistem Pelayanan
Dekatnya jarak klien dengan RS, klinik atau tempat pelayanan medis lain sering mempengaruhi kecepatan mereka dalam memasuki sistem pelayanan kesehatan. Demikian pula beberapa klien enggan mencari pelayanan yang kompleks dan besar  dan mereka lebih suka untuk mengunjungi Puskesmas yang tidak membutuhkan prosedur yang rumit.
6)      Dukungan Sosial
Dukungan sosial disini meliputi beberapa institusi atau perkumpulan yang bersifat peningkatan kesehatan. Di institusi tersebut dapat dilakukan berbagai kegiatan, seperti seminar kesehatan, pendidikan dan pelatihan kesehatan, latihan (aerobik, senam POCO-POCO dll). Juga menyediakan fasilitas olehraga seperti, kolam renang, lapangan Bola Basket, Lapangan Sepak Bola, dll.

2.2  Definisi Kesehatan Mental Menurut Para Ahli

Menurut zakiya Daradjat (1983) kesehatan mental adalah terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi jiwa serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problem-problem biasa yang terjadi dan merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya.
Menurut Musthafa Fahmi (1977) ada dua pengertian kesehatan mental (jiwa) yaitu:
1.      Kesehatan jiwa sebagai bebas dari gejala-gejala penyakit jiwa dan gangguan jiwa.
2.      Kesehatan jiwa sebagai kemampuan orang untuk menyesuaikan diri dirinya sendiri dan dengan masyarakat lingkungannya.
Marie Yahoda mengemukakan bahwa pengertian kesehatan mental tidak hanya terbatas pada absesnya seseorang dari gangguan dan penyakit jiwa, namun orang tersebut harus memiliki sifat atau karakteristik kepribadian sebagai berikut:
1.      Memiliki sikap kepribadian terhadap diri sendiri dalam arti mengenal dirinya dengan sebaik-baiknya.
2.      Memiliki pertumbuhan, perkembangan dan perwujudan diri.
3.      Memiliki integrasi diri yang meliputi keseimbangan jiwa, kesatuan pandangan dan tahan terhadap tekanan-tekanan kejiwaan yang terjadi.
4.      Monotomi diri yang mencakup unsur-unsur pengatur kelakukan dari dalam ataupun kelakuan-kelakuan bebas.
5.      Memiliki persepsi mengenai realitas, bebas dari penyimpangan kebutuhan dan penciptaan empati serta kepekaan sosial.
6.      Memiliki kemampuan untuk menguasai lingkungan dan berintegrasi dengannya.
kesehatan mental Menurut Dr. Jalaluddin dalam bukunya Psikologi Agama” adalah suatu kondisi batin yang senantiasa berada dalam keadaan tenang, aman dan tentram, dan upaya untuk menemukan ketenangan batin dapat dilakukan antara lain melalui penyesuaian diri secara resignasi (penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan)”.
Menurut paham ilmu kedokteran, kesehatan mental didefinisikan sebagai suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang lain.

2.3 Kesehatan Mental Dalam Persfektif Agama, Sosial Dan Psikologis.

                  Perspektif merupakan suatu kumpulan asumsi maupun keyakinan tentang suatu hal, dengan perspektif orang akan memandang suatu hal berdasarkan cara-cara tertentu. Perspektif adalah kerangka kerja konseptual, sekumpulan asumsi, nilai, gagasan yang mempengaruhi perspektif manusia sehingga menghasilkan tindakan dalam suatu konteks situasi tertentu. Perspektif membimbing setiap orang untuk menentukan bagian yang relevan dengan fenomena yang terpilih dari konsep-konsep tertentu untuk dipandang secara rasional.

A. Agama

Sebagai petunjuk hidup bagi manusia dalam mencapai mentalnya yang sehat, agama berfungsi sebagai berikut:

1.      Memelihara fitrah, manusia yang telah bertakwa kepada Tuhan berarti dia telah memelihara fitrahnya sehingga manusia dapat menghindarkan diri dari perbuatan dosa.

2.      Memelihara jiwa

3.      Memelihara Akal

4.      Memelihara keturunan

Para ahli juga mengemukakan pendapat tentang pengaruh agama terhadap kesehatan mental sebagai berikut:

1.      William James berpendapat bahwa keimanan pada Tuhan adalah terapi terbaik bagi keresahan dan merupakan penopang hidup.

2.      Carl G. Jung mengemukakan bahwa yang menyebabkan pasien terjangkit penyakit adalah hilangnya dasar – dasar agama mereka dan mereka akan sembuh setelah mereka kebali kepada wawasan agama.

3.      A. A Briel mengatakan bahwa individu yang benar – benar religius tidak akan pernah menderita sakit jiwa.

4.      Palaotzian dan Kirkpatrick mengemukan bahwa agama dapat meningkatkan kesehatan mental dan membantu individu untuk mengatasi stress. 

5.      Ellison mengemukakan bahwa agama dapat mengembangkan kesehatan psikologis banyak orang, orang yang kuat imannya akan lebih bahagia dan lebih sedikit mengalami dampak negatif dari kehidupan.

B. Sosial

1.      Memiliki perasaan empati dan rasa kasih sayang (affecttion) terhadap orang lain, serta senang untuk memberikan pertolongan kepada orang-orang yang memerlukan pertolongan (sikap altruis)

2.      Mampu berhubungan dengan orang lain secara sehat, penuh cinta kasih dan persahabatan.

3.      Bersifat toleran dan mau menerima tanpa memandang kelas sosial, tingkat pendidikan, politik, agama, suku, ras, atau warna kulit.

Berikut prinsip-prinsip tentang kesehatan mental yang didasarkan kepada hubungan manusia dengan lingkungan sosialnya.

1.      Kesehatan mental dalam penyesuaian diri tergantung kepada hubungan antar pribadi yang harmonis, terutama dalam kehidupan keluarga.

2.      Penyesuaian yang baik dan ketenangan batin tergantung kepada kepuasan dalam bekerja.

3.      Kesehatan mental dan penyesuaian diri dicapai dengan sikap yang realistic, termasuk penerimaan terhadap kenyataan secara sehat dan objektif.

A.    Psikologis

Deskripsi tentang pribadi normal dengan mental yang sehat diuraikan dalam satu daftar kriteria oleh maslow and mittelmann dalam bukunya “principles of abnormal psychology” sebagai berikut:

1.      Memiliki rasa aman (sense of security) yang tepat.

2.      Memilki penilaian diri/self evaluation dan wawasan diri yang rasional.

3.      Punya spontanitas dan emosionalitas yang tepat.

4.      Mempunyai kontak dengan realitas secara efisien.

5.      Memiliki dorongan dan nafsu-nafsu jasmaniah yang sehat.

6.      Mempunyai pengetahuan diri yang cukup, dengan motif hidup yang sehat dan kesadaran tinggi.

7.      Memiliki tujuan hidup yang tepat yang bisa dicapai dengan kemampuan sendiri. 

8.      Memiliki kemampuan belajar dari pengalaman hidup.

9.      Ada kesanggupan untuk memuaskan tuntutan dan kebutuhan dari kelompoknya.

10.  Ada sikap emansipasi yang sehat terhadap kelompok dan kebudayaannya.

11.  Ada integritas dalam kepribadiannya.

Dalam buku Mental Hygiene Perkembangan Kesehatan Mental dalam Kajian Psikologi dan Agama,Syamsu Yusuf juge menjelaskan karakteristik pribadi yang sehat mentalnya secara psikologis diantaranya yaitu:

1.      Respek terhadap diri sendiri dan orang lain.

2.      Memiliki insight dan rasa humor.

3.      Memiliki respons emosional yang wajar.

4.      Mampu berpikir realistic dan objektif.

5.      Terhindar dari gangguan-gangguan psikologis.

6.      Bersifat kreatif dan inovatif.

7.      Bersifat terbuka dan fleksibel, tidak defensive.

8.      Memiliki perasaan bebas (sense of freedom).

Meskipun memang ada perbedaan yang mendasar pada ketiga sudut pandang tersebut, namun semuanya memiliki satu hubungan yang saling berkaitan. Seseorang yang mentalnya tidak sehat yang kemungkinan disebabkan suatu konflik sosial, sementara dalam dirinya tidak tertanam kuat keyakinan akan tuhan dan agamanya sehingga ia tidak dapat menanggung apalagi menyelesaikan konflik tersebut yang berakibat pada terganggunya unsur psikis dalam dirinya dan menimbulkan ketidaksehatan mental. Jadi, dari penggambaran diatas dapat dipahami bahwa sesungguhnya diantara ketiga hal tersebut yaitu Agama, sosial dan psikologis terdapat hubungan yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama lain.


2.4 Kesehatan mental dalam konteks keilmuan    

A.    Keilmuan Biologis
                  Model medis, yang diilhami oleh para dokter mulai dari Hippocrates hingga kraepelin, tetap memiliki kekuatan yang besar dalam pemahaman kontemporer tentang perilaku abnormal. Model medis mewakili perspektif biologis tentang perilaku abnormal.Sistem saraf terbuat dari sel – sel saraf yang disebut neuron. Neuron – neuron saling berkomunikasi satu sama lain, atau menyalurkan pesan. Setiap neuron memiliki badan sel, atau soma, dendrit – dendrit, dan sebuah akson. Badan sel memuat nucleus sel dan memetabolisasi oksigen untuk membawa hasil kerja dari sel. Neuron memancarkan pesan – pesan ke neuron yang lain melalui substansi kimia yang disebut neurotransmiter. Ketidakteraturan dalam kerja system neurotransmitter dikotak berkaitan erat dengan pola – pola perilaku abnormal.

2.5 pentingnya ilmu kesehatan mental dalam konseling.

Ilmu kesehatan mental sangat bernilai dalam membantu seseorang untuk memahami dirinya sendiri dengan lebih baik. Apabila ia meneliti dorongan-dorongan dasarnya, baik yang biologis maupun psikologis, maka ia akan memperoleh penjelasan-penjelasan mengenai beberapa tingkah lakunya. Kemudian apabila ia melangkah lebih jauh dan menyelidiki kegiatan-kegiatan alam tak sadarnya, maka ia segera menemukan penjelasan-penjelasan tentang beberapa tegangan yang terdapat dalam dirinya. Dalam proses tersebut, ia belajar menaksir kekuatan dan kelemahan-kelemahannya dan ia mengembang-kan sikap-sikap objektif yang akan membantunya menjaga suatu pandangan yang seimbang terhadap banyak segi kehidupan yang sehat, baik mental maupun fisik.
Apabila seseorang memahami dirinya sendiri dengan lebih baik dan juga menyadari dirinya berharga, maka ia lebih siap untuk menyelami perasaan-perasaan, emosi-emosi, dan motivasi-motivasi yang dimiliki oleh orang lain. la akan segera menyesuaikan cara hidupnya dengan sesamanya sehingga ia dapat hidup bersama dengan mereka secara harmonis.
Dari segi pandangan umum, prinsip-prinsip ilmu kesehatan mental penting sekali dalam persiapan untuk kehidupan keluarga dan profesional. Para konselor akan menemukan banyak bahan yang digunakan secara praktis dalam menangani klien mereka karena ilmu kesehatan mental memberikan mekanisme motivasi dan tingkah laku manusia. Para orang tua dan guru bk yang bertindak menurut ilmu ini dan menggunakan secara tepat prinsip-prinsipnya yang sehat dapat mengarahkan dan membimbing tingkah laku dan sikap para remaja pada waktu mereka berkembang melalui tahap-tahap kehidupan yang berbeda dalam perkembangan kehidupan kepribadian mereka.
Dan akhirnya, studi tentang ilmu kesehatan mental dapat memberikan banyak cara preventif dan juga cara pengobatan yang akan membantu mengurangi banyak masalah sosial yang kompleks dan berat yang disebabkan oleh kenakalan/kejahatan, alkoholisme, dan ketidakmampuan menyesuaikan diri yang lain, baik yang ringan maupun yang berat.

                                                                       




 

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Menurut zakiya Daradjat (1983) kesehatan mental adalah terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi jiwa serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problem-problem biasa yang terjadi dan merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya.

Menurut WHO (1947) Sehat itu sendiri dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan (WHO, 1947).

Sakit menurut etiologi naturalistik dapat dijelaskan dari segi impersonal dan sistematik, yaitu bahwa sakit merupakan satu keadaan atau satu hal yang disebabkan oleh gangguan terhadap sistem tubuh manusia.

Persfektif kesehatan mental dari aspek agama, sosial dan psikologis  memiliki satu hubungan yang saling berkaitan. Seseorang yang mentalnya tidak sehat yang kemungkinan disebabkan suatu konflik sosial, sementara dalam dirinya tidak tertanam kuat keyakinan akan tuhan dan agamanya sehingga ia tidak dapat menanggung apalagi menyelesaikan konflik tersebut yang berakibat pada terganggunya unsur psikis dalam dirinya dan menimbulkan ketidaksehatan mental

 ilmu kesehatan mental sangat penting dalam ilmu konseling  karena cara preventif dan  cara pengobatan yang akan membantu mengurangi banyak masalah sosial yang kompleks dan berat yang disebabkan oleh kenakalan/kejahatan, alkoholisme, dan ketidakmampuan menyesuaikan diri yang lain, baik yang ringan maupun yang berat. 

3.2 Saran-Saran

Kami menyadari bahwa pada makalah ini banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan kritikan dan saran yang membangun dari pembaca agar kedepannya kami menjadi orang yang lebih baik dari sekarang.
            








 




 

DAFTAR PUSTAKA

Yusuf, Syamsu. 2004. Mental Hygiene Perkembangan Kesehatan Mental dalam Kajian Psikologi dan Agama. Bandung: Bani Quraisyi.
Kartono, Kartini. 2000. Hygiene Mental. Bandung : Mandar Maju.
Prasojo, Wieriyanto. 2005. Kesehatan Mental. Jakarta: Tsaqafah.





2 Responses to "Hubungan Kesehatan Mental dengan Bimbingan dan Konseling"