KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA
Disusun Oleh :
Nama :
Mukramati (2017320096)
Unit/Semester :
I/III
Mata Kuliah :
Komunikasi Konseling
Dosen pembimbing :
Dra. Marhamah, M.Kom.I
Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah
Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam
2018/2019
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji syukur kami ucapkan atas kehadiran Allah Yang
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penyusunan Makalah yang berjudul “komunikasi antar budaya “ di selesaikan. Makalah ini merupakan wujud dari gagasan perlunya referensi
untuk mata kuliah komunikasi konseling.
Kemudian makalah ini diintergrasikan dengan pemikiran-pemikiran dari ahli lain
dan konsep-konsep yang baru berkembang.
Makalah
ini mendapat banyak tambahan materi yang disesuaikan dengan sistematiika
pemikiran dari sisi prosedur. Dalam
menyelesaikan makalah ini, kami banyak menerima bantuan dari berbagai pihak
sehingga dalam waktu yang relatif singkat makalah yang sederhana ini dapat
terwujud. Oleh karena itu, kami menyampaikan penghargaan dan terima kasih
kepada semua pihak yang membantu,terutama dosen pembimbing. Semoga Allah S.W.T
berkenan mencatat amal shalehnya.
Kami sadar bahwa makalah ini
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak. Dengan iringan doa semoga makalah ini bisa bermanfaat dalam
pengembangan pendidikan dan wacana berpikir kita .
Lhokseumawe,
13 desember 2018
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
Makalah ini selain untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah komunikasi konseling selain
itu untuk memperluas pengetahuan mahasiswa mengenai komunikasi antar budaya. Komunikasi antar budaya adalah komunikasi yang terjadi di antara
orang-orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda (bisa beda ras, etnik, atau
sosioekonomi, atau gabungan dari semua perbedaan ini). Kebudayaan adalah cara
hidup yang berkembang dan dianut oleh sekelompok orang serta berlangsung dari
generasi ke generasi. Sebagai bagian dari budaya yang berbeda, seharusnya bangsa Indonesia saling
menghargai dan saling mempelajari antara satu budaya dengan budaya lainnya agar
dapat tercipta sikap toleransi terhadap perbedaan yang bahkan terkadang sangat
mendalam. Sebagai mata kuliah di jurusan bimbingan dan konseling
islam maka penulis menyusun makalah
tentang komunikasi antar budaya.
Makalah ini memuat pengertian komunikasi
antarbudaya, hakikat komunikasi antarbudaya, fungsi komunikasi antarbudaya, tujuan komunkasi antarbudaya. pentingnya komunikasi antarbudaya, prinsip-prinsip komunikasi antarbudaya dan pengaruh budaya terhadap persepsi.
B. Rumusan Masalah
2.
Bagaimana hakikat
komunikasi antarbudaya ?
3.
Bagaimana fungsi
komunikasi antarbudaya ?
4.
Bagaimana tujuan
komunkasi antarbudaya ?
5.
Bagaimana pentingnya
komunikasi antarbudaya ?
6.
Bagaimana
prinsip-prinsip komunikasi antarbudaya ?
7.
Bagaimana pengaruh budaya terhadap persepsi ?
2.
Untuk mengetahui hakikat
komunikasi antarbudaya.
3.
Untuk mengetahui fungsi
komunikasi antarbudaya.
4.
Untuk mengetahui tujuan
komunkasi antarbudaya,
5.
Untuk mengetahui pentingnya
komunikasi antarbudaya.
6.
Untuk mengetahui
prinsip-prinsip komunikasi antarbudaya.
7.
Untuk mengetahui pengaruh budaya terhadap persepsi.
Mahasiswa dapat mengembangkan proses penyusunan
penulisan ataupun penyusunan makalah yang baik dan benar, serta membuka
pengetahuan mahasiswa dalam mencari materi komunikasi antar budaya dan masih banyak manfaat lainnya.
BAB II
PEMBAHASAN
Jane Pauley (1999) memberikan
definisi khusus atas komunikasi, setelah membandingkan tiga komponen yang harus
ada dalam sebuah peristiwa komunikasi, jika satu komponen kurang maka
komunikasi takkan terjadi. Dia berkata komunikasi merupakan, transmisi informasi, transmisi pengertian yang menggunakan simbol-simbol yang sama.
Komunikasi adalah setiap proses
pembagian informasi, gagasan atau perasaan yang tidak saja dilakukan secara
lisan dan tertulis melainkan melalui bahasa tubuh, atau gaya atau tampilan
pribadi, atau hal lain di sekelilingnya yang memperjelas makna.
Kebudayaan adalah cara hidup
yang berkembang dan dianut oleh sekelompok orang serta berlangsung dari
generasi ke generasi (Tubbs, Moss:1996). Sehingga
dapat diartikan bahwa komunikasi antarbudaya adalah setiap proses
pembagian informasi, gagasan atau perasaan diantara orang-orang yang berbeda
latar belakang budaya. Proses pembagian informasi itu dilakukan secara lisan
dan tertulis, juga melalui simbol-simbol tertentu seperti bahasa tubuh, gaya
atau penampilan pribadi, atau bantuan hal lain di sekitarnya yang
memperjelas pesan dan menghasilkan efek tertentu.
Komunikasi antarbudaya terjadi bila
pengirim pesan adalah anggota dari suatu budaya dan penerima pesannya adalah
anggota dari suatu budaya lain. Para ahli
mengartikan komunikasi antar budaya sebagai berikut:
1.
Menurut Stewart L. Tubbs, komunikasi
antarbudaya adalah komunikasi antara orang-orang yang berbeda budaya (baik
dalam arti ras, etnik atau
perbedaan-perbedaan sosio ekonomi). Kebudayaan adalah cara hidup yang
berkembang dan dianut oleh sekelompok orang serta berlangsung dari generasi ke
generasi.
2.
Fred E. Jandt mengartikan komunikasi
antarbudaya sebagai interaksi tatap muka di antara orang-orang yang berbeda
budayanya.
komunikasi
antarbudaya itu dilakukan dengan cara:
1.
negosiasi untuk melibatkan manusia
di dalam pertemuan antarbudaya yang membahas satu tema (penyampaian tema
melalui simbol) yang sedang dipertentangkan. Simbol tidak sendirinya mempunyai
makna tetapi dia dapat berarti ke dalam satu konteks dan makna-makna itu
dinegosiasikan atau diperjuangkan.
2.
Melalui pertukaran sistem simbol
yang tergantung dari persetujuan antarsubjek yang terlibat dalam komunikasi,
sebuah keputusan dibuat untuk berpartisipasi dalam proses pemberian makna yang
sama.
3.
Sebagai pembimbing perilaku budaya
yang tidak terprogram namun bermanfaat karena mempunyai pengaruh terhadap
perilaku kita.
4.
Menunjukkan fungsi sebuah kelompok
sehingga kita dapat membedakan diri dari kelompok lain dan mengidentifikasinya
dengan berbagai cara.
1.
Enkulturasi
Enkulturasi
mengacu pada proses dengan mana kultur ditransmisikan dari satu generasi ke
generasi berikutnya. Kita mempelajari kultur, bukan mewarisinya. Kultur
ditransmisikan melalui proses belajar, bukan melalui gen. Orang tua, kelompok,
teman, sekolah, lembaga ke-agamaan, dan lembaga pemerintahan merupakan
guru-guru utama dibidang kultur. Enkulturasi terjadi melalui mereka. Tarian
adalah salah satu bentuk enkulturasi budaya yang ditransmisikan sejak kecil.
2.
Akulturasi
Akulturasi
mengacu pada proses dimana kultur seseorang dimodifikasi melalui kontak atau
pemaparan langsung dengan kultur lain. Misalnya, bila sekelompok imigran
kemudian berdiam di Indonesia (kultur tuan rumah), kultur mereka sendiri akan
dipengaruhi oleh kultur tuan rumah ini. Berangsur-angsur, nilai-nilai, cara
berperilaku, serta kepercayaan dari kultur tuan rumah akan menjadi bagian dari
kultur kelompok imigran itu. Pada waktu yang sama, kultur tuan rumah pun ikut
berubah. Contohnya budaya minang, batak, jawa di tanah sunda.
Komunikasi antar budaya memiliki dua
saluran yaitu antar pribadi dan media massa (Radio, surat kabar, TV, Film,
Majalah), saluranan komunikasi mempengaruhi proses dan hasil keseluruhan dari
komunikasi antarbudaya (Lubis, 2002:5).
Secara umum
ada empat kategori fungsi utama komunikasi, yakni :
1.
Fungsi infomasi
2.
Fungsi instruksi
3.
Fungsi Persuasi
4.
Fungsi menghibur
Apabila empat fungsi utama itu
diperluas maka akan ditemukan dua fungsi lain,yakni fungsi pribadi dan fungsi sosial.
1.
Fungsi Pribadi
Fungsi pribadi adalah fungsi-fungsi
komunikasi yang ditunjukkan melalui perilaku komunikasi yang bersumber dari
seorang individu.
a.
Menyatakan Identitas Sosial
Proses
komunikasi antarbudaya terdapat beberapa perilaku komunikasi individu yang
digunakan untuk menyatakan identitas sosial. Perilaku itu dinyatakan melalui
tindakan berbahasa baik secara verbal dan nonverbal. Dari perilaku berbahasa
itulah dapat diketahui identitas diri maupun sosial, misalnya dapat diketahui
asal usul suku bangsa, agama, maupun tingkat pendidikan seseorang.
b.
Menyatakan Integrasi Sosial
Konsep
integrasi sosial adalah menerima kesatuan dan persatuan antarpribadi,
antarkelompok namun tetap mengakui perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh
setiap unsur.
c.
Menambah Pengetahuan.
Seringkali komunikasi antarpribadi
maupun antarbudaya menambah pengetahuan bersama, saling mempelajari kebudayaan
masing-masing.
d.
Melepaskan Diri atau Jalan Keluar
Kadang-kadang kita berkomunikasi
dengan orang lain untuk melepaskan diri atau mencari jalan keluar atas masalah
yang sedang kita hadapi. Pilihan komunikasi seperti itu kita namakan komunikasi
yang berfungsi menciptakan hubungan yang komplementer dan hubungan yang
simetris. Hubungan
komplementer selalu dilakukan oleh dua pihak mempunyai perlaku yang
berbeda. Perilaku seseorang berfungsi sebagai stimulus perilaku
komplementer dari yang lain. Dalam hubungan komplementer, perbedaan di antara
dua pihak dimaksimumkan. Sebaliknya hubungan yang simetris dilakukan oleh dua
orang yang saling bercermin pada perilaku lainnya. Perilaku satu orang
tercermin pada perilaku yang lainnya.
2.
Fungsi Sosial
a.
Pengawasan
Fungsi sosial yang pertama adalah
pengawasan. Praktek komunikasi antarbudaya di antara komunikator dan komunikan
yang berbeda kebudayaan berfungsi saling mengawasi. Dalam setiap proses
komunikasi antarbudaya fungsi ini bermanfaat untuk menginformasikan
"perkembangan" tentang lingkungan. Fungsi ini lebih banyak dilakukan
oleh media massa yang menyebarluaskan secara rutin perkembangan peristiwa yang
terjadi disekitar kita meskipun peristiwa itu terjadi dalam sebuah konteks
kebudayaan yang berbeda.
b.
Menjembatani
Proses
komunikasi antarbudaya, maka fungsi komunikasi yang dilakukan antara dua orang
yang berbeda budaya itu merupakan jembatan atas perbedaan di antara mereka.
Fungsi menjembatani itu dapat terkontrol melalui pesan-pesan yang mereka
pertukarkan, keduanya saling menjelaskan perbedaan tafsir atas sebuah pesan
sehingga menghasilkan makna yang sama. Fungsi ini dijalankan pula oleh berbagai
konteks komunikasi termasuk komunikasi massa.
c.
Sosialisasi Nilai
Fungsi sosialisasi merupakan fungsi
untuk mengajarkan dan memperkenalkan nilai-nilai kebudayaan suatu masyarakat
kepada masyarakat lain.
d.
Menghibur
Fungsi menghibur juga sering tampil
dalam proses komunikasi antarbudaya. Misalnya menonton tarian hula-hula dan
"Hawaian" di taman kota yang terletak di depan Honolulu Zaw,
Honolulu, Hawai. Hiburan tersebut termasuk dalam kategori hiburan antarbudaya.
1.
Memahami perbedaan budaya yang
mempengaruhi praktik komunikasi.
2.
Mengkomunikasikan antar orang yang
berbeda budaya.
3.
Mengidentifikasikan kesulitan –
kesulitan yang muncul dalam komunikasi.
4.
Membantu mengatasi masalah
komunikasi yang disebabkan oleh perbedaan budaya.
5.
Meningkatan keterampilan verbal dan
non verbal dalam komunikasi.
6.
Menjadikan kita mampu berkomunikasi
secara efektif.
Ada beberapa alasan mengapa perlunya
komunikasi antarbudaya, yaitu:
1.
Membuka diri dan memperluas
pergaulan.
2.
Meningkatkan kesadaran diri.
3.
Etika/etis.
4.
Mendorong perdamaian dan meredam
konflik.
5.
Demografis.
6.
Ekonomi.
7.
Menghadapi teknologi komunikasi.
8.
Menghadapi era globalisasi.
Menurut William Howel (1982, dalam
Liliweri,2004:225), setiap individu mempunyai tingkat kesadaran dan kemampuan
yang berbeda-beda dalam berkomunikasi antarbudaya. Tingkat kesadaran dan
kemampuan itu terdiri atas empat kemungkinan, yaitu:
1.
Seorang sadar bahwa dia tidak mampu
memahami budaya orang lain. Keadaan ini terjadi karena dia tahu diri bahwa dia
tidak mampu memahami perbedaan-perbedaan budaya yang dihadapi. Kesadaran ini
dapat mendorong orang untuk melakukan eksperimen bagi komunikaksi antarbudaya
yang efektif.
2.
Dia sadar bahwa dia mampu memahami
budaya orang lain. Keadaan ini merupakan yang ideal artinya kesadaran akan
kemampuan itu dapat mendorong untuk memahami, melaksanakan, memelihara dan
mengatasi komunikasi antarbudaya,
3.
Dia tidak sadar bahwa dia mampu
memahami budaya orang lain. Keadaan ini dihadapi manakala orang tidak sadar
bahwa dia sebenarnya mampu berbuat untuk memahami perilaku orang lain, mungkin
orang lain menyadari perilaku komunikasi dia.
4.
Dia tidak sadar bahwa dia tidak
mampu mengahadapi perbedaan anatarbudaya, keadaan ini terjadi manakala
seseorang sama sekali tidak menyadari bahwa sebenarnya dia tidak mampu
menghadapi perilaku budaya orang lain.
Komunikasi antarbudaya sangat
penting karena juga memiliki tujuan yang sangat berguna untuk membangun saling
percaya dan saling menghormati sebagai bangsa berbudaya dalam upaya
memperkokoh hidup berdampingan secara damai dengan jalan mempersempit mis understandimg dengan cara mencairkan
prasangka-prasangka rasial, etnik, primordial dari satu bangsa atas bangsa
lain.
Litvin (dalam Purwasito,
2003:47) mengatakan bahwa dengan adanya komunikasi multikultural akan
mempengaruhi secara langsung baik pengaruh yang bersifat kognitif maupun yang
bersifat afektif yaitu:
1.
Memberi kepekaan terhadap diri
seseorang tentang budaya asing sehingga dapat merangsang pemahaman yang lebih
baik tentang budaya sendiri dan mengerti bias-biasnya,
2.
Memperoleh kemampuan untuk
benar-benar terlibat dalam tindak komunikasi dengan orang lain yang
berbeda-beda latar belakang budayanya sehingga tercipta interaksi yang harmonis
dan langgeng,
3.
Memperluas cakrawala budaya asing
atau budaya orang lain, sehingga lebih menumbuhkan empati dan pengalaman
seseorang, yang mampu menumbuhkan dan memelihara wacana dan makna kebersamaan
4.
Membantu penyadaran diri bahwa
sistem nilai dan budaya yang berbeda dapat dipelajari secara sistematis, dapat
dibandingkan dan dipahami.
1.
Relativitas Bahasa
Gagasan umum bahwa bahasa
mempengaruhi pemikiran dan perilaku paling banyak disuarakan oleh para
antropologis linguistik. Pada akhir tahun 1920-an dan disepanjang tahun
1930-an, dirumuskan bahwa karakteristik bahasa mempengaruhi proses kognitif
kita. Dan karena bahasa-bahasa di dunia sangat berbeda-beda dalam hal
karakteristik semantik dan strukturnya, tampaknya masuk akal untuk mengatakan
bahwa orang yang menggunakan bahasa yang berbeda juga akan berbeda dalam cara
mereka memandang dan berpikir tentang dunia.
2.
Bahasa sebagai cermin budaya
Bahasa mencerminkan budaya. Makin
besar perbedaan budaya, makin perbedaan komunikasi baik dalam bahasa maupun
dalam isyarat-isyarat nonverbal. Makin besar perbedaan antara budaya (dan,
karenanya, makin besar perbedaan komunikasi), makin sulit komunikasi dilakukan.
Kesulitan ini dapat mengakibatkan, misalnya, lebih banyak kesalahan komunikasi, lebih banyak kesalahan
kalimat, lebih besar kemungkinan salah paham, makin banyak salah persepsi, dan
makin banyak potong kompas (bypassing).
3.
Mengurangi Ketidakpastian
Makin besar perbedaan antarbudaya,
makin besarlah ketidak-pastian dam ambiguitas dalam komunikasi. Banyak dari
komunikasi kita berusaha mengurangi ketidak-pastian ini sehingga kita dapat
lebih baik menguraikan, memprediksi, dan menjelaskan perilaku orang lain.
Karena letidak-pasrtian dan ambiguitas yang lebih besar ini, diperlukan lebih
banyak waktu dan upaya untuk mengurangi ketidak-pastian dan untuk berkomunikasi
secara lebih bermakna.
4.
kesadaran diri dan perbedaan antar
budaya
Makin besar perbedaan antarbudaya,
makin besar kesadaran diri (mindfulness)
para partisipan selama komunikasi. Ini mempunyai konsekuensi positif dan
negatif. Positifnya, kesadaran diri ini barangkali membuat kita lebih waspada.
ini mencegah kita mengatakan hal-hal yang mungkin terasa tidak peka atau tidak
patut. Negatifnya, ini membuat kita terlalu berhati-hati, tidak spontan, dan
kurang percaya diri.
5.
Interaksi awal dan perbedaan antar
budaya
Perbedaan
antarbudaya terutama penting dalam interaksi awal dan secara berangsur
berkurang tingkat kepentingannya ketika hubungan menjadi lebih akrab. Walaupun
selalu terdapat kemungkinan salah persepsi dansalah menilai orang lain,
kemungkinan ini khususnya besar dalam situasi komunikasi antarbudaya.
6.
Memaksimalkan hasil interaksi
Komunikasi
antarbudaya terdapat tindakan-tindakan yang berusaha memaksimalkan hasil
interaksi. Tiga konsekuensi mengisyaratkan implikasi yang penting bagi
komunikasi antarbudaya. Pertama, orang akan berintraksi dengan orang lain yang
mereka perkirakan akan memberikan hasil positif. Kedua, bila mendapatkan hasil
yang positif, maka pelaku komunikasi terus melibatkan diri dan meningkatkan
komunikasi. Bila memperoleh hasil negatif, maka pelaku mulai menarik diri dan
mengurangi komunikasi. Ketiga, pelaku membuat prediksi tentang perilaku mana
yang akan menghasilkan hasil positif. Pelaku akan mencoba memprediksi
hasil dari, misalnya, pilihan topik, posisi yang diambil, perilaku nonverbal
yang ditunjukkan, dan sebagainya. Pelaku komunikasi kemudian melakukan apa yang
menurutnya akan memberikan hasil positif dan berusaha tidak melakkan apa yang
menurutnya akan memberikan hasil negatif.
Faktor-faktor internal bukan saja
mempengaruhi atensi sebagai salah satu aspek persepsi, tetapi juga mempengaruhi
persepsi kita secara keseluruhan, terutama penafsiran atas suatu rangsangan. Agama,
ideologi, tingkat ekonomi pekerjaan dan citra rasa sebagai factor faktor internal jelas mempengaruhi persepsi seseorang
terhadap realitas. Dengan demikian persepsi tersebut terkait oleh budaya
(culture-bond). Kelompok-kelompok budaya boleh jadi berbeda dalam
mempersepsikan sesuatu. Orang Jepang berpandangan bahwa kegemaran berbicara
adalah kedangkalan, sedangkan
orang Amerika berpandangan bahwa mengutarakan pendapat secara terbuka adalah
hal yang baik. Larry A
Samovar dan Richard E Porter, mengemukakan enam unsur budaya yang secara langsung mempengaruhi
persepsi kita ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya lain, yakni :
1.
Kepercayaan (belief), nilai
(values), dan sikap (attitude)
2.
Pandangan dunia (worldview)
3.
Organisasi sosial (social
organization)
4.
Tabiat manusia (human nature)
5.
Orientasi kegiatan (activity
orientation)
6.
Persepsi tentang diri dan orang lain
(perception of self and others).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Komunikasi antar
budaya adalah komunikasi yang terjadi di antara orang-orang yang memiliki
kebudayaan yang berbeda (bisa beda ras, etnik, atau sosioekonomi, atau gabungan
dari semua perbedaan ini). Kebudayaan adalah cara hidup yang berkembang dan
dianut oleh sekelompok orang serta berlangsung dari generasi ke generasi. Hakikat Komunikasi antarbudaya adalah Enkulturasi dan Akulturasi. Tujuan komunikas antar budaya adalah Memahami
perbedaan budaya yang mempengaruhi praktik komunikasi, Mengkomunikasikan antar orang yang berbeda budaya, Mengidentifikasikan kesulitan – kesulitan yang muncul
dalam komunikasi., Membantu
mengatasi masalah komunikasi yang disebabkan oleh perbedaan budaya, Meningkatan keterampilan verbal dan non verbal dalam
komunikasi, Menjadikan kita mampu berkomunikasi
secara efektif.
Pentingnya
Komunikasi Antarbudaya adalah Membuka diri
dan memperluas pergaulan, Meningkatkan
kesadaran diri, Etika/etis, Mendorong perdamaian dan meredam konflik, Demografis, Ekonomi, Menghadapi teknologi komunikasi, Menghadapi era globalisasi, Fungsi komunikasi Antarbudaya adalah Fungsi infomasi, Fungsi instruksi, Fungsi Persuasi, Fungsi menghibur. Apabila empat fungsi utama itu diperluas maka akan
ditemukan dua fungsi lain yakni fungsi
pribadi dan fungsi sosial. Tujuan Komunkasi Antarbudaya adalah memahami
perbedaan budaya yang mempengaruhi praktik komunikasi dan mengkomunikasikan antar orang yang berbeda
budaya.
B.
Saran-Saran
Penulis menyadari bahwa pada makalah ini banyak
terdapat kekurangan, oleh karena
itu penulis
mengharapkan kritikan dan saran yang membangun dari pembaca agar kedepannya penulis
menjadi orang yang lebih baik dari sekarang.
DAFTAR PUSTAKA
Liliweri Alo, Dasar-DasarKomunikasi Antar Budaya, Yogyakarta,
Pustaka Pelajar. 2003.
Muliyana Dedi dan Rahmat Jalaludin, Komunikasi Antar Budaya
panduan komunikasi dengan orang lain berbeda budaya, Bandung, PT.Remaja
Rosdakarya.2005.
Sihabudin Ahmad, Komunikasi Antar Budaya satu persepektif
Multidemensi, Bandung, Katalog Dalam Terbi (KDT), Jakarta 2013.
sangat berguna
BalasHapus